Muntaber Serang Pakem

Sumber:Jawa Pos - 10 Juli 2008
Kategori:Sanitasi

BONDOWOSO - Wabah muntah berak (muntaber) tidak hanya menyerang warga Desa Banjarsari, Kecamatan Bangsalsari, Jember. Penyakit yang disebabkan bakteri e-coli itu juga menyerang warga Desa Kupang, Kecamatan Pakem, Bondowoso.

Akibatnya, 33, warga desa harus rawat inap di Puskesmas Pakem. Sedangkan 30 warga desa lainnya menjalani rawat jalan. Penderita muntaber itu terdiri dari balita, anak-anak, dan orang dewasa.

Menurut dr Setio Kusworo, kepala Puskesmas Pakem, wabah muntaber bermula dari enam warga desa yang menjalani rawat inap di Puskesmas Pakem 6 Juli lalu karena terkena diare disertai muntah. Besoknya, jumlah penderita penyakit sama menjalani rawat inap bertambah hingga mencapai belasan. "Terakhir mencapai 33 orang," jelasnya.

Dari 33 orang yang rawat inap di Puskesmas Pakem, hingga siang kemarin tinggal 24 orang. Lima orang pulang karena sudah sehat. Tiga orang menjalani rawat jalan, 2 orang dirujuk ke Puskesmas Wringin, dan 1 orang dirujuk ke RSD dr Kusnandi Bondowoso.

Namun, dari 24 orang yang masih rawat inap, sore kemarin ada sembilan orang akan pulang ke rumahnya. "Namun, mereka tetap menjalani rawat jalan bersama," kata Setio Kusworo.

Belum diketahui pasti penyebab puluhan warga Desa Kupang terserang wabah penyakit muntaber. Namun, diperkirakan diduga air minum yang dikonsumsi dari sumur bor tanpa direbus dulu.

Untuk memastikan penyebab muntaber ini, Puskesmas Pakem dan Dinkes Bondowoso mengambil sampel air sumur warga untuk dicek di laboratorium kesehatan Bondowoso. "Kita tunggu saja hasilnya, apa penyebab wabah penyakit muntaber yang menyerang warga," ujarnya.

Pantuan Erje di lapangan siang kemarin, Puskesmas Pakem tidak mampu menampung puluhan warga yang menjalani rawat inap. Untuk mengatasinya, pihak puskesmas memanfaatkan ruang gawat darurat, ruang kepala puskesmas, dan rumah dinas kepala puskemas menjadi tempat rawat inap pasien. "Kondisi itu terjadi 8 Juli. Tapi sekarang (kemarin), pasien sudah bisa rawat inap di ruang semestinya, karena jumlah pasien sudah berkurang," tutur Setio. (ido).



Post Date : 10 Juli 2008