Negara F-11 Minta Insentif Lebih Besar

Sumber:Koran Sindo - 13 Desember 2007
Kategori:Climate
NUSA DUA(SINDO) 11 negara pemilik hutan hujan tropis (F-11), termasuk Indonesia, mendesak negara maju agar memberi insentif lebih besar pada Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) di Bali,kemarin.

Pernyataan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Indonesia Hassan Wirajuda di sela-sela konferensi. Insentif lebih besar, menurut Hassan, juga diajukan 18 negara pemilik jenis hutan lainnya. Sikap itu muncul setelah ada pertemuan antara negara yang tergabung dalam F-11 dengan 18 negara tersebut. Kami mendesak negara maju memberi insentif lebih banyak pada negara hutan hujan tropis,ungkap Wirajuda yang didampingi Menteri Kehutanan MS Kaban. F-11 berupaya mendapatkan insentif tersebut melalui kerangka kerja Reduction Emission from Deforestation and Degradation (REDD).

Negara F-11 terdiri atas Indonesia,Malaysia,Papua Nugini, Brazil, Peru, Republik Demokratik Kongo, Kamerun, Republik Kongo, Gabon, Costa Rica, dan Kolombia. Sedangkan, 18 negara pemilik jenis hutan lainnya terdiri atas Bangladesh, Bolivia, Republik Afrika Tengah, Republik Dominika, Ghana, Guatemala, India, Kenya, Liberia, Nikaragua, Pakistan, Panama,Paraguay,Kepulauan Solomon, Thailand,Uganda,dan Guyana. Wirajuda menjelaskan, kesadaran tentang pentingnya hutan hujan tropis akan terus ditingkatkan agar kepedulian negara maju semakin besar.

Kita semua menyadari pentingnya hutan hujan tropis. Kami berharap negara hutan hujan tropis dapat menjadi bagian dari solusi, bukan pencipta masalah,kata Wirajuda. Menurut Wirajuda, untuk menjalankan manajemen hutan berkelanjutan, kelompok negara tersebut mempromosikan kerja antar negara berkembang. F-11 juga akan mempromosikan kerja sama dengan negara industri maju. Kita mempromosikan hubungan bilateral dengan negara-negara maju.Telah ada sejumlah kesepakatan dengan Korea Selatan tentang deforestasi dan reforestasi, kata Wirajuda.

Dia juga mengaku, Indonesia telah menjalin kesepakatan dengan Australia terkait rehabilitasi lahan gambut di Kalimantan. Kami juga ingin menjalin kesepakatan serupa dengan Norwegia, Bank Dunia, dan negara maju lainnya, katanya. Pembentukan F-11 tersebut merupakan hasil inisiatif Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. F-11 itu terbentuk berdasarkan fakta bahwa 25% total gas rumah kaca global berasal dari deforestasi dan kebakaran hutan. Dengan mencegah kerusakan hutan di F-11, emisi gas rumah kaca akan berkurang banyak.

Menteri Kehutanan Indonesia MS Kaban menambahkan, insentif ditujukan pada semua fungsi hutan, tidak hanya timber, namun juga nontimber. Insentif itu untuk konservasi, insentif kayu, dan nonkayu.Yang lebih penting, insentif tidak hanya bentuk dana tapi juga bentuk teknologi, terangnya. Soal lahan gambut, menurut Kaban, telah diakomodasi dalam skema REDD. Untuk mempertegas masalah lahan gambut, telah ada kesepakatan tentang itu. Kita akan melanjutkan tentang manajemen hutan berkelanjutan (SFM), tutur Kaban. Kaban menambahkan, hutan hujan tropis dan lahan gambut memiliki kemampuan menyerap karbondioksida.

Bahkan, paling kuat menyerap karbon dibandingkan jenis hutan lainnya, seperti yang ditemui di Australia, dan Amerika Utara. Hutan hujan tropis memainkan peran penting dalam konservasi lingkungan Bumi. Sekitar 67% permukaan bumi diselimuti hutan hujan tropis dengan luas 3,4 juta mil persegi.

Menurut data Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), pada 2005 hutan hujan tropis merupakan 16% dari seluruh hutan di Bumi. Indonesia saat ini merupakan emitter terbesar di dunia (setelah Amerika Serikat dan China), berdasarkan jumlah CO2 yang diproduksi dari kebakaran hutan, degradasi lahan,deforestasi,dan penebangan ilegal. Di bagian lain, polisi makin memperketat pengamanan high level meeting pada UNFCCC kemarin.

Kapolda Bali Irjen Pol Paulus Purwoko langsung turun ke lapangan untuk menjaga situasi tetap kondusif dengan mengecek di tempat pengiriman paket kilat dan identitas di rumah-rumah kos di wilayah Ubung,Denpasar.Pengecekan ke lapangan ini juga sekaligus sebagai perhatian kepada masyarakat bahwa konsentrasi keamanan kita tidak berpusat di Nusa Dua saja, melainkan wilayah di luar KTT tetap menjadi perhatian kita, ungkapnya. Dia meminta agar warga ikut menciptakan pengamanan dengan ikut menjaga lingkungan dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Ini tentu saja juga menjadi perhatian kita, papar Purwoko. (syarifudin/dewi umaryati)



Post Date : 13 Desember 2007