Negara Pulau Kecil Desak Pengurangan Emisi

Sumber:Kompas - 23 September 2009
Kategori:Lingkungan

NEW YORK, SENIN - Negara-negara pulau kecil mendesak negara-negara di luar mereka untuk sepakat mengurangi emisi pada pertemuan PBB untuk Perubahan Iklim, 7-18 Desember di Kopenhagen, Denmark.

Aliansi Negara-negara Pulau Kecil (AOSIS) yang beranggotakan 42 negara itu rentan menghadapi bencana berupa banjir dan badai besar sebagai akibat dari perubahan iklim yang terpicu pemanasan global yang sekarang berlangsung.

Menurut AOSIS, semua negara harus sepakat menahan agar kenaikan temperatur atmosfer bumi hanya sekitar 1,5 derajat celsius dari temperatur masa praindustri, sekitar dua abad lalu.

Saat ini rata-rata suhu bumi telah meningkat sekitar 0,8 derajat celsius dari zaman praindustri. Panel Antar-Pemerintah tentang Perubahan Iklim-lembaga sains Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC) memperkirakan suhu bumi akan naik 1,1-6,4 derajat celsius pada abad ke-21.

”Kami menyaksikan perubahan iklim sebagai ancaman terhadap keselamatan kami dan kami harus melakukan sesuatu untuk mempertahankan teritori kami,” ujar PM Granada, anggota AOSIS, Tillman Thomas.

Menurut dia, kegagalan negara maju untuk melakukan sesuatu guna menahan laju pemanasan global dan perubahan iklim akan menjadi sebuah ”pemusnahan bangsa dengan cara lunak” (benign genocide).

Negara AOSIS antara lain adalah Maladewa, Tuvalu, dan Papua Niugini. Negara-negara tersebut amat rentan terhadap ancaman kenaikan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub. Negara-negara tersebut paling kecil tanggung jawabnya terhadap terjadinya perubahan iklim karena penggunaan energi bersumber bahan bakar fosil amat kecil jumlahnya.

Pertemuan negara-negara anggota G-8 dan 17 negara dengan emisi gas rumah kaca yang terbanyak jumlahnya serta pertemuan Major Economies Forum (MEF) beberapa bulan lalu di Italia sepakat menahan temperatur bumi dari kenaikan rata-rata tidak lebih dari 2 derajat celsius dari zaman praindustri.

Pihak AOSIS juga mendesak agar dalam kesepakatan di Kopenhagen juga disertakan kesepakatan komprehensif yang juga menjamin kerugian dan kerusakan dari infrastruktur di pantai, seperti hotel dan lainnya, akibat kenaikan permukaan air laut, badai yang semakin kuat. dan matinya terumbu karang.

Mereka juga meminta ada sumber pendanaan baru berbasis bantuan untuk negara-negara AOSIS bagi program adaptasi. (REUTERS/GSA/ISW)



Post Date : 23 September 2009