Nggak Hujan Kok Banjir...

Sumber:Kompas - 26 April 2004
Kategori:Banjir di Jakarta
DERING telepon di malam buta membangunkan Parni (40). "Bu, tolong mobilnya bapak diungsikan. Soalnya air mulai naik," kata seorang warga di Perumahan Duta Kranji, Bekasi Barat.

Masih dengan mata terkantuk-kantuk, ia berusaha mendengarkan suara hujan, tetapi tidak ada. Ia kemudian melihat lewat jendela. Juga tak ada hujan. Ketika akhirnya keluar rumah, barulah ia melihat jalan di depan rumah sudah penuh air yang mengalir.

Tak mau mengganggu majikannya yang baru terlelap setengah jam sebelumnya, atau pukul 23.30, ia mencoba untuk bertahan meski mata juga mengantuk. Rupanya permukaan air semakin tinggi. Ia pun membangunkan majikannya supaya "mengungsikan" mobilnya. "Wah, banjir tenan to?" kata Hadi ketika keluar rumah dan menemui sejumlah warga yang sudah berkumpul di jalan.

"Diamankan di masjid saja, Pak. Di sana agak tinggi," kata Budi, tetangganya. Malam itu juga, sekitar pukul 02.00, ia ungsikan mobilnya ke rumah kerabatnya.

KEGERAMAN lain disampaikan seorang pendengar radio di Jakarta. Ia menelepon ke studio dan minta supaya pemerintah mengalihkan aliran Kali Sunter. "Ini bukan luapan, tapi tumpahan. Wong enggak ada hujan kok kami kebanjiran," katanya.

Bisa dimaklumi karena ia tinggal di sebuah kompleks perumahan tergolong elite di Jakarta Timur. Meski banjir sudah menjadi hal yang rutin, ia merasa kecewa mengingat banjir kali ini termasuk tinggi-di sejumlah tempat mencapai 1,5 meter.

Kekagetan adanya genangan air secara mendadak dialami warga RT 006,008, dan 011 RW 08 Kelurahan Lebak Bulus, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Sekitar pukul 20.00, genangan air mulai naik dan mencapai 1,2 meter. "Kami tidak menyangka kalau hujan seperti kemarin sore itu bisa membuat rumah kami tergenang air setinggi 1,2 meter. Hujannya biasa saja, tidak seperti tahun 2001," kata Ketua RT 008 RW 08 Johanes.

Banjir kiriman yang terjadi Minggu kemarin termasuk lain dari biasa. Biasanya, banjir kiriman banyak dialami warga yang tinggal di sepanjang bantaran sungai.

Permukiman padat di bantaran sungai ini juga selalu disalahkan Gubernur Sutiyoso sebagai penyebab banjir di Jakarta. Akan tetapi, Minggu kemarin, bukan hanya warga bantaran sungai yang terkena banjir. Banjir kiriman hingga ketinggian satu meter lebih ini juga dialami warga di kompleks-kompleks perumahan elite, seperti di Cipinang Indah I dan Cipinang Raya.

Sebagian warga di Cipinang Raya merasa khawatir karena hingga sore ketinggian air masih terus meningkat. Warga ingin mengungsi, tetapi kesulitan mencari perahu karet. "Mau ngungsi, tetapi gimana caranya. Ada anak kecil, enggak mungkin nyelup ke air," ujar Dwi, warga Blok EE Cipinang Raya.

BANJIR yang melanda sejumlah kawasan permukiman di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Bekasi pada Sabtu malam hingga Minggu (25/4) malam memang mengagetkan. Sebab, air mulai menggenangi jalan dan permukiman justru ketika cuaca Jakarta cerah. Hujan memang sempat turun lebat pada Sabtu sore, tetapi ketika itu genangan yang mengakibatkan kemacetan di jalan-jalan raya hanya sebentar.

Pukul 20.30, umumnya genangan sudah surut. Kalau saja warga menyimak bahwa pada hari Sabtu siang hingga sore terjadi hujan lebat di Cibinong, Cimanggis, Cibubur, Depok, Cileungsi, dan Cilangkap, sebenarnya banjir sudah bisa diprediksi. Sebab, dari sanalah sungai-sungai yang meluap kemarin berhulu....

Hujan memang sempat turun lebat pada Sabtu sore, tetapi ketika itu genangan yang mengakibatkan kemacetan di jalan-jalan raya hanya sebentar. Pukul 20.30, umumnya genangan sudah surut.

Kalau saja warga menyimak bahwa pada hari Sabtu siang hingga sore terjadi hujan lebat di Cibinong, Cimanggis, Cibubur, Depok, Cileungsi, dan Cilangkap, sebenarnya banjir sudah bisa diprediksi. Sebab, dari sanalah sungai-sungai yang meluap kemarin berhulu.... (MSH/IND/PIN)

Post Date : 26 April 2004