Operator Air Bersih Kekurangan Pasokan Air Baku

Sumber:Kompas - 12 Oktober 2004
Kategori:Air Minum
Jakarta, Kompas - Pasokan air baku untuk kebutuhan air bersih bagi masyarakat Jakarta selalu mengalami kekurangan. Defisit air baku ini sudah dialami salah satu mitra swasta PAM Jaya, yaitu PAM Lyonnaise Jaya (Palyja).

Direktur Hubungan Institusional PT Palyja Kumala Siregar, Senin (11/10), di sela-sela seminar "Pengelolaan Sumber Daya Air", di Jakarta, mengungkapkan, dalam kontrak yang dibuat dengan Perum Jasa Tirta (PJT) 2, debit pasokan air baku yang diterima Palyja seharusnya 6,2 meter kubik per detik. Namun, pihak PJT 2 pada 2003/ 2004 rata-rata hanya bisa memasok 5,2 meter kubik per detik. Rata-rata kebutuhan air baku untuk operasional saat ini 5,4 meter kubik per detik.

Siregar mengatakan, tahun-tahun mendatang Palyja akan terus kekurangan pasokan air bersih jika kondisi penyediaan air bersih yang ada sekarang ini tidak diperbaiki. Menurut perhitungan Palyja, pada 2007 nanti perusahaan tersebut akan mengalami defisit air baku sebanyak 214 liter per detik. Tahun 2015, defisit air akan semakin banyak, menjadi 954 liter per detik. "Masa konsesi kami sampai 2022 dari mana pasokan air baku akan diperoleh," tanyanya.

Manajer Produksi PAM Jaya Alamsyah Panjaitan mengungkapkan, kurangnya pasokan air baku ke operator air disebabkan banyak faktor, antara lain pompa air bekerja kurang optimal dan distribusi air yang kurang baik.

PT Palyja melayani kebutuhan air bersih bagi masyarakat di bagian barat Jakarta. Sebagian besar air baku yang diambil PT Palyja berasal dari Citarum yang dipasok oleh Perum Jasa Tirta. Sementara kekurangannya, sebanyak 28 persen, dipasok dari Tangerang.

Keruh

Selain pasokan air baku yang kurang, Siregar juga mengeluhkan kualitas air baku yang semakin menurun. "Instalasi pengolahan air di tempat kami sering mati akibat air baku yang masuk sangat keruh," katanya.

Kekeruhan air baku ini menyebabkan operator air harus mengeluarkan biaya operasional yang lebih tinggi untuk membeli bahan-bahan kimia untuk menjernihkan air. Ia berharap pihak-pihak terkait bisa menangani permasalahan air baku di Tarum Barat. Jika tidak, Jakarta akan benar-benar mengalami kekeringan.

Sekitar 58 persen masyarakat di Jakarta mengonsumsi air bersih melalui jaringan pipa, sedangkan sisanya menggunakan air bersih dari air tanah.

Kondisi air tanah di Jakarta saat ini benar-benar sudah kritis akibat eksploitasi air yang berlebihan oleh industri. Di sisi lain, penggunaan air bersih melalui jaringan pipa juga semakin buruk kualitas dan kuantitasnya. (IND)

Post Date : 12 Oktober 2004