Padi Siap Panen Terendam

Sumber:Kompas - 29 Mei 2012
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
KENDARI, KOMPAS - Hingga Senin (28/5), luapan air Sungai Moramo dan Bakutaru masih merendam sekitar 250 hektar tanaman padi siap panen. Banjir juga menggenangi 10 rumah dan 21 hektar lahan tambak warga setempat.
 
Luapan air sungai itu terjadi akibat hujan lebat sepanjang Sabtu-Minggu (27/5). Camat Moramo Suadi, Senin (28/5), mengatakan, terdapat tiga desa yang terkena banjir, yakni Margacinta, Tambosupa, dan Moramo.
 
Pemilik rumah yang terendam harus mengungsikan perabotan ke tempat yang lebih aman. Meskipun saat ini sudah mulai surut dari ketinggian banjir yang mencapai 1 meter, air setinggi sekitar 50 cm masih menggenangi lahan sawah warga. ”Jika terendam air sampai tiga hari, sawah yang hampir panen itu dipastikan akan puso,” katanya.
 
Sebelumnya, hujan lebat juga telah menyebabkan longsor yang menimpa rumah warga di RT 1 RW 1, Kelurahan Kendari Caddi, Kota Kendari, Minggu. Kejadian itu menewaskan seorang bayi laki-laki berusia tujuh bulan bernama Iqbal.
 
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Maritim Kendari, Aris Yunatas, mengatakan, tren cuaca buruk berupa hujan lebat masih berpotensi terjadi di wilayah Sulawesi Tenggara selama seminggu ke depan.
 
Kondisi itu disebabkan badai tropis di timur Laut China Selatan yang membawa uap air dalam jumlah besar saat melewati Laut Banda dan turun di Sulawesi Tenggara.
 
Cuaca ekstrem juga melanda sebagian besar wilayah Aceh. Kemarin, hujan deras disertai angin kencang menyebabkan ketinggian gelombang laut di perairan provinsi ini mencapai 3 meter lebih, dua kali lipat dari kondisi normal. Di Aceh Selatan, tiga desa di wilayah Bulohseuma, Kecamatan Trumon, terisolasi dalam sepekan terakhir karena cuaca buruk tersebut.
 
Di sejumlah wilayah pesisir Aceh, nelayan tak dapat melaut karena ancaman gelombang. Sebagian nelayan tetap nekat melaut, tetapi hanya pada siang hari dengan jarak kurang dari 1 kilometer dari bibir pantai.
 
Petugas pemantau cuaca pada Stasiun Klimatologi Aceh Besar Jaya Marpuan Sinaga mengatakan, cuaca buruk yang sudah berlangsung hampir sepekan di Aceh ini diperkirakan masih berlangsung dalam tiga hari ke depan. Cuaca ekstrem ini berupa hujan yang disertai angin kencang dengan kecepatan rata-rata di atas 85 kilometer per jam.
 
”Kecepatan angin cukup tinggi dan dapat mengakibatkan gelombang laut hingga setinggi 3 meter,” katanya.
 
Di Aceh Besar, angin kencang melanda pesisir timur laut dan utara. Bahkan, ketinggian gelombang mencapai 3 meter. Masyarakat diminta untuk waspada atas cuaca yang melanda itu. Di perairan Sabang, tinggi gelombang laut bisa mencapai 3,5 meter. Nelayan di wilayah itu diminta tak melaut.
 
Di Aceh Barat, sepekan terakhir nelayan setempat mengurangi intensitas melaut. Sebagian besar nelayan di pesisir kota Meulaboh bahkan memilih tak melaut.
 
Sementara itu, ratusan nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur, memilih untuk tidak melaut karena buruknya cuaca di perairan selatan Jawa dan Selat Bali selama dua hari terakhir. Mereka menambatkan perahu di muara sungai dan teluk agar terlindung dari gelombang tinggi.
 
Di perkampungan nelayan pantai Boom Banyuwangi, ratusan perahu nelayan berjajar memenuhi muara sungai Boom. Perahu-perahu kecil itu sudah tak diizinkan melaut sejak dua hari lalu.
 
Di Pelabuhan Perikanan Muncar, perahu-perahu besar dengan berat 25 gros ton pun tak berani melaut. Perahu khas nelayan Banyuwangi yang sering disebut slereg itu hanya diparkir berderet memenuhi pelabuhan ikan.
 
Subarkah (43), nelayan perahu slereg (penangkap ikan sarden) dari Muncar mengatakan, kondisi angin tak bisa ditebak.
 
Jumat hingga Sabtu lalu gelombang tinggi di selat Bali sempat membuat jalur penyeberangan Jawa-Bali terganggu. PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan cabang Ketapang menghentikan sementara penyeberangan ke Bali selama empat jam lebih karena gelombang tinggi. Gelombang tinggi saat itu bahkan sempat membuat satu kapal penumpang terseret gelombang.
 
Pada hari yang sama, sebuah perahu slereg di Muncar terbalik diterjang gelombang setinggi 4 meter di Selat Bali. Sebanyak 35 nelayan di kapal tersebut dapat dievakuasi oleh perahu pasangannya.
 
Sentot Budi Santoso, Kepala Syahbandar Ketapang, di Banyuwangi, mengatakan, gelombang tinggi mencapai puncaknya pada Jumat dan Sabtu lalu, 3-4 meter. Kini gelombang sudah mereda walaupun ketinggian gelombang masih mencapai 3 meter. Kapal-kapal dengan bobot lebih dari 30 gros ton, seperti kapal penumpang, sudah boleh berlayar. (ENG/HAN/NIT)


Post Date : 29 Mei 2012