PDAM Banjarmasin Andalkan Tabuk, Air Tawar Dijual Rp 7.000 Per Drum

Sumber:Kompas - 21 September 2004
Kategori:Air Minum
Banjarmasin, Kompas - Walaupun air bahan baku di salah satu intake (tempat pengambilan air) sudah asin dan hanya bisa dimanfaatkan pada malam hari, Perusahaan Daerah Air Minum Bandarmasih, Banjarmasin, menjamin pasokan air masih aman hingga 2015. PDAM Bandarmasih, yang melayani kira-kira 74.000 pelanggan dari sekitar 510.000 penduduk Kota Banjarmasin, menegaskan hanya intake SungaiBilu yangasin, sedangkanintake Sungai Tabuk tidak asin dan kini menjadi andalannya.

Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih Zainal Arifin di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), Senin (20/9), menjelaskan, walau ada gangguan air baku di intake Sungai Bilu, hal itu tak memengaruhi distribusi air PDAM. "Sungai Bilu memang asin dan tidak bisa optimal dioperasikan, tapi tidak sampai mengganggu karena kami masih punya bahan baku dari Sungai Tabuk ditambah Irigasi Riam Kanan," katanya.

Lebih lanjut Zainal mengatakan, saat ini debit Sungai Tabuk sudah bisa ditingkatkan menjadi 900 liter per detik. "Sungai Tabuk sudah menyuplai sampai 90 persen dari total kapasitas produksi. Ditambah dari Irigasi Riam Kanan sebesar 400 liter per detik, sudah terpenuhi," kata Zainal.

Fenomena air masin akibat intrusi air laut melanda hampir semua sungai di Banjarmasin. Walaupun batang sungai intake, Sungai Bilu dengan Sungai Tabuk, sama, PDAM menyatakan intrusi air laut tidak sampai ke Sungai Tabuk. "Jaraknya 25 kilometer dari Banjarmasin, jadi cukup jauh dan tidak pernah terintrusi air laut," ujarnya.

Direktur Teknik PDAM Bandarmasih Fajar Desira mengatakan, saat ini Sungai Tabuk menjadi andalan pengembangan bahan baku. Saat ini kapasitas produksi Sungai Tabuk mencapai 900 liter per detik dan tahun depan akan ditingkatkan menjadi 1.275 liter per detik.

Namun, pihak PDAM Bandarmasih saat ini mengakui adanya penurunan tekanan air hingga 15 persen yang mengakibatkan beberapa kawasan mengalami gangguan. Akibat tekanan turun pada siang hari, para pelanggan mulai mengeluhkan air yang sulit mengalir.

Untuk mengurangi dampak itu, hingga kini intake Sungai Bilu yang asin masih dioperasikan dengan mencampur air Irigasi Riam Kanan yang tidak asin. PDAM merasa belum perlu untuk mengeluarkan intake darurat dari Pematang Panjang sebesar 200 liter per detik karena dari Sungai Tabuk masih berjalan normal.

Minum air sungai

Beberapa hari ini Kalsel sudah mulai turun hujan lokal, tetapi hingga kini air sungai yang sehari-hari dimanfaatkan warga untuk keperluan sehari- hari masih juga asin. "Masih masin, hujannya belum deras. Kalau di hulu sudah hujan deras, baru asinnya hilang," kata Jamahsyari, warga pesisir Sungai Barito di Kecamatan Mekarsari Barito Kuala.

Akibat air bersih masih krisis, hingga kini para warga masih memanfaatkan air sungai, tetapi air sungai yang mereka konsumsi itu harus didatangkan dari sungai lain yang airnya masih tawar.

"Di desa kami ada pedagang yang menjual air sungai yang tawar, air sungai itu diambil dari atas Sungai Tabuk," kata Jamahsyari.

Air sungai yang tawar itulah kini menjadi gantungan hidup sebagian warga di Kecamatan Mekarsari, terutama di desa- desa pesisir sungai yang airnya asin.

"Jadi, warga kami mengonsumsi air asal tawar saja. Kasihan memang, tapi memang seperti itu hidup di daerah masin," ujar Jamahsyari menjelaskan.

Air sungai itu tidak jernih, tetap saja keruh. Karena itu, sesampainya di rumah warga mengendapkan air sungai itu. "Ada yang memberinya tawas, ada juga yang hanya diendapkan kemudian langsung dikonsumsi," kata Jamahsyari

Air sungai tawar tersebut dijual pedagang dengan harga Rp 7.000 per drum isi 200 liter. "Penjual air sungai itu hanya mengambil air dari sungai, jadi dia tidak modal juga. Dia hanya modal untuk angkutan sungai dari Sungai Tabuk ke desa kami sekitar dua jam menggunakan perahu kelotok," ujarnya.

Selain air sungai tawar, ada juga pedagang yang menawarkan air leding yang dibawa dari Kota Banjarmasin, sekitar 15 menit perjalanan menggunakan kelotok menyeberangi Sungai Barito. "Tapi air leding itu harganya mahal, satu jeriken isi 25 liter Rp 1.000. Jadi, banyak warga yang memilih air sungai tawar itu," katanya.(AMR)

Post Date : 21 September 2004