PDAM Blora Masih Dililit Utang

Sumber:Suara Merdeka - 14 Mei 2005
Kategori:Air Minum
BLORA - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Blora hingga saat ini masih dililit utang dari Asia Development Bank (ADB) Rp 1,3 miliar lebih. Angka utang sebesar itu merupakan akumulasi utang pokok ditambah bunga.

"Angka utang itu diperhitungkan dari jumlah utang pokok semula sekitar Rp 900 juta lebih ditambah bunga dalam beberapa tahun terakhir ini," tandas Plt Dirut PDAM Blora Riyanto kepada Suara Merdeka, kemarin.

Dia menjelaskan, utang dari ADB itu terhitung sejak tahun 1996. Waktu itu digunakan untuk sejumlah proyek perbaikan jaringan dan lain-lain.

Namun dalam perkembangannya, karena perusahaan terus merugi, akhirnya tidak bisa mengangsur utang tersebut hingga kini.

Menurut Riyanto yang didampingi Direktur Teknik Iskandar, pihaknya saat ini tengah berupaya mengajukan permohonan pengunduran pembayaran dan penghapusan bunga.

"Prosedurnya bisa meski dengan persyaratan yang rumit. Namun bagaimana lagi karena kondisi yang memang tidak memungkinkan, hal itu tetap kami lakukan," ungkap Riyanto.

Merugi

Ditanya tentang penyebab lilitan utang itu yang sampai saat ini belum bisa terbayar, Riyanto mengemukakan, dalam beberapa tahun terakhir ini PDAM Blora selalu merugi. Bahkan perhitungan terakhir dalam satu tahunnya, kalkulasi kerugian PDAM yang dia pimpin mencapai Rp 1 miliar lebih.

Kondisi seperti itu jelas berdampak cukup kompleks dalam perjalanan perusahaan, yakni di samping tidak bisa membayar utang dari ADB, juga menyangkut rusaknya sejumlah fasilitas perusahaan, termasuk minimnya penghasilan karyawan.

Riyanto juga menuturkan, karena terus merugi, terpaksa PDAM harus memakai peralatan mesin lama sehingga hasilnya tidak bisa maksimal, termasuk tidak bisa memperbaiki sejumlah fasilitas kantor dan sejumlah rumah genset di beberapa kecamatan.

"Saya akui itu, saat ini banyak rumah genset milik kami yang berada di beberapa kecamatan dalam kondisi rusak parah. Habis bagaimana lagi, karena tidak ada biaya untuk pemeliharaan. Untuk mengecat kantor saja terpaksa harus dilakukan tambal sulam," ungkapnya.

Riyanto mengaku masih beruntung karena dengan gaji yang sangat minim, para karyawannya masih setia untuk bekerja maksimal.

Dia menjelaskan, gaji para karyawan di PDAM Blora sampai saat ini masih sangat minim, yakni terendah Rp 300. 000 dan tertinggi hanya sekitar Rp 700. 000. (ud-15hn)

Post Date : 14 Mei 2005