PDAM Tirtanadi: Sungai Deli, Riwayatmu Kini

Sumber:Media Indonesia - 05 September 2005
Kategori:Sampah Luar Jakarta
SAMPAH menumpuk di sepanjang bantaran Sungai Deli. Aliran air sungai yang melintasi Kota Medan, Sumatra Utara itu menghanyutkan berbagai jenis sampah mulai kertas, plastik, hingga pembalut wanita.

Walau kondisi air Sungai Deli kotor dan penuh sampah, sebagian warga Kota Medan menggunakannya untuk keperluan mencuci pakaian dan perkakas rumah tangga.

Sungai Deli kelihatan seperti tong sampah raksasa. Sungai itu menjadi tempat pembuangan segala jenis sampah. Tidak ada kepedulian melestarikannya, padahal sebagian besar warga Kota Medan mengonsumsi air sungai tersebut.

Bahkan, air yang disalurkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Medan, sebagian bersumber dari Sungai Deli. Tidak mengherankan bila pihak PDAM mengkhawatirkan penurunan cadangan dan suplai air untuk pelanggan PDAM. "Sekitar 1.450 liter per detik air PDAM bersumber dari Sungai Deli," kata Kepala Divisi Produksi PDAM Tirtanadi Medan Fahmi, baru-baru ini.

Sumber air PDAM lainnya berasal dari mata air Sibolangit dengan kapasitas produksi 600 liter per detik, Sungai Belawan (1.700 liter per detik), Sungai Belumai (500 liter per detik), dan Sumur Bor (tujuh lokasi di Medan) dengan kapasitas 120 liter per detik.

Kekhawatiran Fahmi beralasan, sebab berdasarkan Data Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Sumut menyebutkan, kualitas Sungai Deli terus menurun. Kualitas air Sungai Deli tergolong kelas IV dengan kriteria sangat buruk. Belum lagi dengan penumpukan sampahnya.

"Penumpukan sampah terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat dan pihak pengelola industri mengelola sampah dan melestarikan lingkungan," kata Kepala Bina Teknologi Lingkungan, Bapedalda Sumut, Rosdiana Simarmata, baru-baru ini.

Rosdiana mengatakan Sungai Deli dicemari limbah domestik dari 89 saluran pembuangan limbah. "Kualitas sungai ini juga diperburuk oleh sekitar 48 lokasi pembuangan sampah pada Sungai Deli."

Kuantitas Sungai Deli juga cenderung menurun. Pada 1990, debit air Sungai Deli mencapai 20 meter kubik per detik. Debit air terus menurun hingga pada 2004 hanya mencapai 7 meter kubik per detik. "Penurunan kuantitas air Sungai Deli ini diakibatkan maraknya illegal logging di kawasan hulu sungai, konversi hutan menjadi ladang, dan pengambilan batu-batu sungai di daerah hulu," ungkapnya.

Menurut Rosdiana, langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi penurunan kualitas dan kuantitas Sungai Deli antara lain melakukan konservasi kawasan hutan di daerah hulu sungai, sosialisasi dan aplikasi 3R, yakni reduce (pengurangan limbah dan sampah), reuse (penggunaan sampah kembali), dan recycle (mendaur sampah atau limbah). (Yennizar/Kennorton Hutasoit/N-2.

Post Date : 05 September 2005