Pemda DKI belum mampu atasi sampah

Sumber:Harian Terbit - 02 Juni 2005
Kategori:Sampah Jakarta
JAKARTA - Pemda DKI Jakarta hingga kini masih kesulitan mengatasi masalah sampah dan pedagang kakilima. "Akibatnya, berbagai persoalan yang terkait dengan penanganan kedua masalah tersebut terus bermunculan sampai sekarang," ujar Ketua LPM [Lembaga Pengabdian Masyarakat] Universitas Negeri Jakarta, Dr Bedjo Sujanto, MPd, kemarin.

Karena itu, kata Bedjo, UNJ akan menawarkan kerjasama dengan Pemda DKI guna mengatasi persoalan tersebut secara bersama-sama. Tawaran ini merupakan bentuk pengabdian UNJ sebagai bagian dari warga Jakarta yang berusaha peduli terhadap upaya penanganan persoalan di luar kampus.

Menurut Bedjo yang juga calon kuat Rektor UNJ periode 2005-2010 itu, dalam upaya mengatasi masalah sampah di DKI Jakarta pihaknya telah siap menawarkan konsep baru. Secara umum konsep baru penanganan sampah di wilayah ibukota ini mendasarkan pada upaya pengelolaan sampah di tingkat hulu. Jadi, paling tinggi sampai tingkat RW saja agar tidak terjadi penumpukan sampah, ungkapnya.

"Di tingkat RW inilah semua proses pengolahan sampah dilakukan. Dengan demikian, Pemda DKI Jakarta tidak perlu lagi mencari lokasi untuk TPA sampah yang terkadang memunculkan persoalan yang rumit," ungkapnya.

Sementara itu untuk penanganan masalah pedagang kakilima, ujar Bedjo, prinsipnya Pemda DKI Jakarta harus bisa menyediakan tempat yang layak bagi mereka. Selain itu tempat yang disediakan itu harus berpotensi memberikan hasil yang lebih baik kepada para pedagang kakilima.

Bedjo menambahkan upaya pihaknya menjadikan UNJ sebagai universitas unggulan di Indonesia tidak akan menyebabkan PTN ini mengabaikan perannya sebagai bagian dari warga ibukota.

Karena itu program-program yang selama ini telah dijalankan UNJ bersama Dinas Dikmenti dan Dinas Dikdas DKI Jakarta akan terus dilakukan sebagai bentuk pengabdian UNJ.

Selama ini, katanya, UNJ berupaya membantu Pemda DKI Jakarta dalam menangani masalah anak jalanan. "Untuk keperluan ini kami secara periodik selalu melakukan pembinaan kepada mereka yang berada di rumah singgah yang ada di Jakarta. Saat ini kami sudah membina anak jalanan di 8 rumah singgah," ungkapnya.

Bedjo yang juga Ketua Pokja Perumusan Bahan Kebijakan Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta itu mengatakan penanganan anak jalanan ini akan tetap mendapat prioritas pihaknya. Sebab, katanya, anak-anak jalanan itu merupakan anak bangsa yang juga memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan mewujudkan cita-citanya.

"Selain hal di atas untuk meningkatkan peran UNJ bagi pengembangan masyarakat sekitar, saya juga menawarkan program sterilisasi kampus. Yaitu diharapkan dalam radius 1 kilometer tidak ada lagi anak yang putus sekolah, bengkel motor dan mobil yang mati, atau persoalan lainnya. Jika ada, maka unit-unit yang ada di UNJ harus berperan untuk mengatasinya," ungkapnya. (tbt/mus)

Post Date : 02 Juni 2005