Pemulung Tolak Industri Plastik

Sumber:Pikiran Rakyat - 22 Desember 2009
Kategori:Sampah Jakarta

BEKASI, (PR).- Para pemulung dan pemilik lapak di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang Kota Bekasi memprotes pembangunan industri pengolahan sampah menjadi bijih plastik yang akan dibangun di sekitar TPST Bantargebang. Mereka mengakui, industri tersebut mengancam mata pencaharian mereka sebagai pengumpul sampah di TPST tersebut.

Ketua Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) Cabang Kecamatan Bantargebang, Tarmin, Senin (21/12), mengatakan, belum ada kesepakatan antara pemulung dan pengelola TPST Bantargebang terkait dengan rencana industri tersebut.

"Kami menolak rencana pengoperasian mesin pemilah sampah. Sebab, hal ini me-ngancam mata pencaharian kami," kata Tarmin.

Keberadaan mesin pemilah, ujar Tarmin, dikhawatirkan akan membuat pemulung tidak bisa beraktivitas. Mesin tersebut berfungsi memisahkan antara sampah organik dan nonorganik.

"Kalau itu terjadi, kita hanya kebagian sampah yang tidak bisa didaur ulang yang tidak memiliki nilai jual," tutur Tarmin.

Para pemulung menuding PT Godang Tua Jaya sebagai pengelola TPST Bantargebang kurang terbuka soal rencana pembangunan industri itu. "Jika diamati dari company profile-nya, pengoperasian mesin kompayer akan mematikan usaha kami," ucap Tarmin.

Selain sempat bertemu, hal itu juga sempat disampaikan ke Pemprov DKI Jakarta sebagai pemilik TPST. Namun, hingga saat ini, kelanjutannya belum jelas. Sekarang, jumlah pemulung di Bantargebang mencapai 6.000 orang dengan jumlah lapak pencarian sampah sekitar 300 titik.

Ketika dikonfirmasi, Vice Managing Director TPST Bantargebang Linggom F. Lbn. Toruan mengatakan, pihaknya memang berencana membangun industri pengolahan sampah menjadi bijih plastik.

Meskipun demikian, Linggom membantah bahwa berdirinya industri ini akan mematikan usaha para pemulung. "Malah, mereka akan dipermudah karena sampah sudah dipilah-pilah," ujarnya. (A-155)



Post Date : 22 Desember 2009