Pemusnahan Sampah di Jaksel Disesalkan

Sumber:Suara Pembaruan - 13 Agustus 2005
Kategori:Sampah Jakarta
BOGOR - Program pemusnahan sampah yang dicetuskan Pemkot Jakarta Selatan (Jaksel) sangat disesalkan oleh para pecinta lingkungan. Pasalnya, program tersebut tidak mengajari masyarakat mengelola sampah secara benar, malah justru mengotori lingkungan.

"Program tersebut hanya membuang-buang dana," kata Djamaludin Suryohadikusumo, mantan Menteri Kehutanan yang kini aktif sebagai pegiat lingkungan kepada Pembaruan di sela-sela Festival Buku Lingkungan Bogor 2005, Kamis (11/8). Sri Murniati, istri Djamaludin juga menjadi pembicara dengan topik mengolah sampah rumah tangga.

Dana yang dianggarkan Pemkot Jaksel untuk memusnahkan sampah itu sangat besar, sekitar Rp 1 miliar untuk setiap kelurahan atau Rp 35 juta di setiap Rukun Warga (RW). "Sebagian besar dana tersebut digunakan untuk membuat tungku pembakaran (incinerator)," tambahnya.

Padahal, untuk membakar sampah plastik dibutuhkan suhu pembakaran hingga mencapai 1.000 derajat celsius. "Tungku-tungku yang berada di RW-RW itu tidak memenuhi standar tersebut," ujar Djamaludin yang kini bergabung dengan sejumlah organisasi nonpemerintah seperti WWF, TNC, Yayasan Leuser International, dan Lembaga Ekolabel Indonesia.

Jadi, dengan tungku yang dibuat asal jadi itu, sampah yang dibakar justru malah mengeluarkan asap berbahaya dan beracun. Pembakaran plastik yang tidak sempurna misalnya, bisa menyebabkan senyawa dioksin menyebar kemana-mana. Dampak dari orang yang terpapar dioksin bisa terkena penyakit kanker.

Begitu juga dengan alat pengolah komposnya. Menurut pantauan Djamaludin, mereka hanya membuat lubang-lubang penimbunan sampah. Cara seperti ini juga tidak menyelesaikan sampah secara benar. "Malah justru mengotori lingkungan," ujarnya.

"Kita harus membantu pemerintah mengatasi sampah. Sebab, masalah ini menjadi tanggung jawab kita bersama," kata Djamaludin.

Sri menambahkan, mengolah sampah rumah tangga sebenarnya tidak mahal dan tidak sulit. "Mulailah dari diri kita sendiri, sekecil apapun dan lakukan sekarang juga," sarannya.

Di rumahnya di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, ia bersama suaminya sejak Desember 2004 lalu mengolah sampah menjadi pupuk kompos. (B-12)

Post Date : 13 Agustus 2005