Penanaman Pohon Terancam Sia-sia

Sumber:Kompas - 30 November 2007
Kategori:Climate
Jakarta, Kompas - Banyak kekeliruan dalam gerakan penanaman 10 juta pohon yang dicanangkan pemerintah, antara lain plastik pembungkus akar ikut ditanam dan tinggi tanaman asal-asalan. Selain itu, sumber bibit tanaman tidak jelas dan banyak pohon yang ditanam tidak sesuai dengan kondisi lahan.

Jika tidak segera diperbaiki, ribuan pohon yang sudah ditanam terancam sia-sia. Penanaman pohon membutuhkan persyaratan tertentu untuk menjamin keberlangsungan hidupnya.

Ahli tanaman yang ditemui Kompas, Kamis (29/11), menunjuk kecocokan jenis tanaman, ketepatan cara atau waktu menanam, dan pemilihan bibit sebagai syarat utama yang harus diperhatikan, selain faktor pemeliharaan pascatanam.

"Asal cepat besar dan hijau saja tidak cukup," kata doktor fisiologi pohon pada Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Supriyanto, di Bogor. Pertimbangan tentang keberlangsungan hidup tanaman patut disejajarkan dengan manfaat keberadaannya.

Menurut Supriyanto, penanaman pohon tidak cukup dilihat dari soal estetikanya saja, tetapi juga peran maksimalnya. Pohon dari dataran tinggi, misalnya, tidak cocok untuk lokasi dataran rendah.

Pohon dengan batang mudah patah, tajuk tak proporsional, dan berumur pendek pun tak cocok untuk ruang publik. Soal keamanan dan manfaat menjadi pertimbangan.

Hal senada diungkapkan biolog konservasi sekaligus Koordinator Binaan Hutan Kota Universitas Indonesia (UI), Tarsoen Waryono. Ia menekankan pentingnya menanam dengan benar.

Sebelum kecewa

Menurut Supriyanto, momentum gerakan menanam pohon saat ini perlu diikuti pemahaman menanam yang baik demi hasil akhir. "Mungkin di antara mereka yang menanam awalnya hanya ikut-ikutan, tetapi bila berhasil akan mendatangkan kecintaan," katanya.

Konsekuensinya, seperti diungkapkan Tarsoen, butuh persiapan matang. Salah satunya, penyiapan bibit terbaik. Untuk ruang publik di kota yang berpolusi tinggi, kriteria penting adalah potensi menyerap polutan, seperti karbon dioksida. Pilihannya, jenis pohon berdaun kecil.

"Kemampuan menyerap polusi umumnya lebih besar dibandingkan dengan yang berdaun lebar," kata Supriyanto. Jenis pohon berbatang kuat, seperti asam jawa, beringin, kelengkeng, dan cemara udang, direkomendasikan.

Akasia dan angsana tidak direkomendasikan karena batangnya yang mudah patah membahayakan warga. (GSA)



Post Date : 30 November 2007