Pencemaran Bakteri E. Coli pada Air Sumur Mengkhawatirkan

Sumber:Koran Tempo - 19 Maret 2011
Kategori:Sanitasi

YOGYAKARTA -- Pencemaran bakteri Escherichia coli dan zat nitrat dinilai tinggi di sumur milik warga di tiga bantaran sungai di wilayah Kota Yogyakarta. Kawasan itu adalah di sekitar Kali Code, Kali Winongo, dan Kali Gadjah Wong. "Tingkat pencemarannya melebihi ambang batas yang ditetapkan. Masyarakat perlu lebih berhati-hati agar tetap sehat," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta Suyana kemarin.

Suyana tak menyebutkan tingkat pencemaran itu lebih detail. "Yang jelas, sudah cukup mengkhawatirkan," kata dia. Suyana mengatakan, dari pengamatan instansinya, tingginya tingkat pencemaran itu antara lain disebabkan oleh sistem sanitasi di lingkungan masyarakat masih buruk dan asal-asalan.

Dia mencontohkan, sering kali dalam pembuatan sanitasi hampir tak pernah sesuai dengan struktur atau teknologi yang mendukung aspek kebersihan terjamin. Semisal, ketika masyarakat membuat saluran pembuangan (toilet), penampungan pengolah kotoran tak dipisahkan dalam jarak aman. Kebanyakan bahkan dibuat dalam satu ruang, dengan pertimbangan lebih hemat biaya. Tapi, katanya, pencemaran jadi sangat tinggi. "Itu kan salah, tapi terus diterapkan," katanya. Seharusnya dipisahkan antara bak pengolahan dan bak peresapan. Air yang tercemar E. coli dan zat nitrat, jika dikonsumsi terus menerus, dapat menyebabkan diare dan gangguan ginjal.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan DIY Sarminto membenarkan bahwa tingkat pencemaran E. coli pada air sumur di wilayah Kota Yogyakarta memang mulai mengkhawatirkan. Tapi, katanya, pencemaran itu bukan masalah besar. "Tidak ada masalah karena memang seperti itu kondisinya," ujar Sarminto. Menurut dia, yang perlu dilakukan adalah merebus air sumur dengan cukup agar bakteri yang berbahaya mati, sehingga aman dikonsumsi.

Sarminto menambahkan, menerapkan sanitasi yang ideal di wilayah perkotaan agar aman dari pencemaran bakteri E. coli memang susah, mengingat penduduk Kota Yogyakarta padat. "Idealnya, sumur harus terbangun minimal 10 meter dari pinggiran sungai ataupun WC," katanya.

Dalam rangka menyambut peringatan Hari Air Sedunia pada Ahad 22 Maret nanti, BLH akan menggelar klinik pemeriksaan air sumur gratis di Titik Nol Kilometer Yogyakarta. "Contoh, air sumur tinggal dimasukkan ke botol dan akan kami uji kualitasnya," kata Suyana. Air itu akan diperiksa, antara lain, keasaman, konduktivitas, kekeruhan, dan jumlah kepadatan terlarut. Jika pencemaran pada air sumur melebihi ambang batas, BLH akan memberi rekomendasi kepada pemilik sumur. PRIBADI WICAKSONO



Post Date : 19 Maret 2011