Pengelolaan Limbah Ternak Sapi Pilihan Cerdas Petani Pinggir Hutan

Sumber:ESP - 19 Agustus 2009
Kategori:Air Limbah

Menyulap limbah ternak sapi menjadi api, kini bukan lagi hal baru di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Bahkan, di salah satu desa, gas methane hasil fermentasi limbah sapi itu kini mampu menggantikan kelangkaan gas elpiji di pasaran.

Bukan hanya itu, dengan sedikit riset ulet dan tak bosan berinovasi, perangkat genset untuk kebutuhan listrik kini tak lagi memerlukan bensin sebagai bahan bakarnya. Ya, dari tangan petani pinggir hutan, biogas bahkan telah berhasil menggantikan bahan bakar fosil itu dalam menghidupkan generator. Benar, limbah sapi kini bukanlah momok pencemar sungai lagi. Aromanya yang dulu mendominasi desa, kini dapat diminimalisir. Dan sanitasi desa kini menjadi lebih tertata kebersihan dan kesehatannya.

Dari Kota Batu Jawa Timur, biogas mulai merambah ke kota lain. Pada awal diselenggarakannya Sekolah Lapangan ESP di Batu, telah berdiri sebuah instansi biogas dengan kapasitas besar. Namun ini dinilai mahal oleh petani. Dengan sedikit memutar otak, penggunaan plastik sebagai pengganti ramai digunakan sebagai penyimpan methane. Selain murah, petani mudah menginstallnya.

Dari hitungan kasar petani pinggir hutan, mereka memerlukan empat batang pohon agar asap dapur mereka mengepul dalam setahun. Dengan begitu, satu unit biogas untuk satu keluarga petani mampu menyelamatkan kehidupan empat batang pohon per tahunnya. Manfaat besar bagi konservasi hutan.

Wajar jika demam biogas terasa dimana-mana. Di kecamatan Lawang, Malang biogas ramai dibicarakan. Slamet, salah seorang warga desa Srigading dengan jeli mengadopsi pengetahuan dan pengalaman selama mengikuti Sekolah Lapangan untuk merintis sebuah biogas di desanya. Kini, Slamet tak luput dari kejaran tetangganya untuk bisa membangun biogas-biogas baru di desa ini dan sekitarnya.

Semangat untuk mencoba hal baru juga lekat pada sosok petani hutan lainnya. Nanang dan Slamet Djaroni. Dua nama asal kecamatan Tumpang yang baru-baru ini melakukan riset sederhana tapi kreatif.

Tak mau kalah dengan pemerintah yang gencar promosi konversi minyak tanah menjadi gas. Mereka pun mengisi ulang tabung gas konversi itu dengan gas yang dihasilkan dari teknologi biogas. Cukup dengan mengadopsi teknologi yang biasa dipakai tukang reparasi pengatur udara ruang (AC) untuk menguras dan mengisi gas freon. Begitulah cara para alumni Sekolah Lapangan ESP mengembangkan potensi mereka dan desanya.

http://www.esp.or.id



Post Date : 19 Agustus 2009