Pengembangan Limbah sebagai Bahan Baku Sekunder untuk Pakan dan Pupuk

Sumber:Kompas - 14 Januari 2005
Kategori:Air Limbah
INDUSTRI pengolahan perikanan sangat banyak ragamnya. Dari tipe operasional, skala produksi, jenis produksi, sampai kapasitasnya. Industri pengolahan perikanan di Indonesia sebagian besar menggunakan bahan baku ikan jenis tuna, cakalang, mackerel, sardin, udang, kepiting, kakap, ikan nila, dan berbagai jenis ikan fillet.

Peneliti Rosmawati Peranginangin dalam orasi pengukuhannya sebagai Ahli Peneliti Utama Bidang Pascapanen Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan menyatakan, limbah yang dihasilkan paling banyak digunakan menjadi tepung ikan seperti di industri pengalengan ikan tuna dan sardin yang banyak terdapat di Jawa Timur maupun Bali. Hanya 48.000 ton tepung ikan yang diproduksi dalam negeri dan 1.863 ton diekspor ke Jepang, Hongkong, dan Taiwan, sehingga untuk mencukupi kepentingan dalam negeri tepung ikan diimpor 240.000 ton per tahun dari Banglades, Jepang, dan Cile.

Industri tepung ikan menggunakan bahan baku dari ikan yang sudah tidak layak lagi untuk diolah menjadi ikan kaleng atau menggunakan limbah dari pengolahan ikan kaleng yang terdiri atas bagian kepala, ekor, dan isi perut. Selain tepung ikan yang diproduksi oleh industri besar, ada juga tepung ikan yang diproduksi dalam skala rumah tangga. Kualitas tepung ikan sangat tergantung dari bahan baku yang digunakan.

Tepung ikan dengan bahan baku ikan lemuru utuh segar mengandung protein 71,62 persen dengan rendemen 15,50 persen, sedangkan ikan lemuru hasil limbah pengalengan mengandung protein 55,04 persen dengan rendemen 14,78 persen. Limbah kodok dapat dijadikan tepung dengan kandungan protein 61,26 persen dengan rendemen 10-15 persen, sedangkan limbah kepala udang dijadikan tepung kepala udang dengan kandungan protein 35,90 persen dan rendemen 19-20 persen.

Sumber protein untuk pakan dapat juga diproduksi dengan cara membuat silase ikan. Proses pembuatan silase dapat dilakukan dengan cara kimia dan biologis. Secara kimia dapat digunakan asam anorganik dan asam organik. Secara biologis dilakukan dengan menambahkan sumber bakteri asam laktat dan karbohidrat sebagai substrat dan kemudian difermentasi dalam keadaan anaerob. Tepung silase ikan yang dibuat dari ikan rucah utuh dengan menggunakan tiga persen asam formiat yang kemudian dibuat pakan dengan menambahkan tepung jagung dengan perbandingan 1:1 mempunyai kandungan protein 21,73 persen.

Tepung silase dapat dijadikan pakan ayam atau ternak lainnya walaupun hasilnya tidak sebaik tepung ikan.

LIMBAH ikan juga digunakan sebagai pupuk pertanian dengan dua bentuk utama yaitu dalam bentuk cairan dan kompos ikan. Dalam bentuk kompos maka limbah ikan dicampur dengan limbah dapur dan limbah tanaman dan dibiarkan terurai.

Produk ini memperkaya nutrien tanah dan mempunyai keunggulan dalam hal kapasitasnya menahan air. Pupuk cair dibuat dengan cara mencampur limbah ikan dengan asam organik dan dibiarkan pada suhu kamar sampai terurai dengan baik.

Cairan ini dapat digunakan langsung ke tanah atau ke akar tanaman, dapat juga digunakan dengan menyemprotkannya ke daun tanaman. Departemen Pertanian menganjurkan penggunaan 8 ton per ha, demikian juga untuk pupuk sayur-sayuran.

Masyarakat dewasa ini lebih memperhatikan kesehatan sehingga sayuran yang dijual dengan pupuk organik harganya lebih tinggi. Penggunaan pupuk ikan meningkatkan modal 925 dollar AS per ha, tetapi meningkatkan hasil sayuran 47,7-54,8 ton per ha sehingga dapat memberikan keuntungan 1.900 dollar AS per ha.

Karotenoprotein 0,5 persen dan 1 persen yang diekstraksi dari limbah udang dan kepiting yang ditambahkan pada pakan ikan hias botia dan diskus, ternyata juga meningkatkan kecemerlangan warna yang sama dengan pakan yang mengandung astasantin murni 0,5 persen dan 1 persen. (LOK)

Post Date : 14 Januari 2005