Penghuni Barak Pengungsian Terancam Diare

Sumber:Suara Merdeka - 21 Juni 2006
Kategori:Sanitasi
YOGYAKARTA-Penghuni barak pengungsian, terutama anak-anak di kawasan Merapi terancam berbagai penyakit terutama diare. Dari pengamatan di lapangan, sejumlah balita mulai terjangkit diare akut, seorang di antaranya mengalami dehidrasi dan harus dirawat di Puskesmas Ngemplak, Sleman.

Salah seorang pasien, Leni (13 bulan) kini dirawat di bangsal rawat inap Puskesmas Ngemplak. Leni adalah pengungsi di barak Glagaharjo, Cangkringan. Semula dia hanya mencret biasa namun karena tak kunjung berhenti akhirnya dibawa ke puskesmas.

''Pertama niku mung mencret, nanging suwe-suwe kok mboten mandeg, ngantos pucet terus kula beta ting puskesmas,'' ujar Ngatini, ibunya.

Leni akhirnya harus mendapat perawatan inap dan sampai kemarin masih tergolek lemah di salah satu bangsal. Ngatini mengungkapkan anaknya sudah menjalani rawat inap selama seminggu. Selain diare, Leni juga mengalami sesak nafas.

Setelah sepekan berada dalam perawatan dokter, anaknya mulai berangsur membaik. Suhu tubuhnya dari semula 42 derajat celcius mulai turun menjadi 37 derajat celcius.

Cukup Parah

Bukan hanya Leni yang terserang diare, dua bayi lain mengalami nasib sama, yaki Risna (11 bulan) dan Bayu (10 bulan). Ketiganya berasal dari Dusun Srunen, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman. Saat ini mereka masih menjalani rawat inap di bangsal umum Puskemas Ngemplak.

Nuryati, ibu Risna, masih terlihat bingung. Anaknya belum juga sembuh total setelah menderita diare cukup parah. Sudah hampir lima hari berada di bangsal namun perkembangannya sangat lambat. Dia menduga penyebabnya air yang kurang bersih di barak pengungsian.

Kondisi Lingkungan

Ngatini dan Nuryani mengeluhkan kondisi lingkungan barak pengungsian yang menurut mereka kurang memadai. Para pengungsi merasa pasokan air bersih sangat kurang. Belum lagi anak-anak yang harus bercampur-baur dengan orang dewasa yang kemungkinan membawa berbagai bibit penyakit.

Sementara itu dr Sri Lestari yang merawat tiga balita tersebut menuturkan wabah penyakit yang dialami pengungsi akibat jeleknya kualitas kebersihan. Bukan hanya lingkungan tapi juga kualitas air. Menurutnya air drop-dropan dari pemkab belum tentu terjamin kebersihannya.

''Sebaiknya pemerintah segera melakukan gerakan pendidikan sadar kebersihan untuk para pengungsi juga penyediaan fasilitas yang benar-benar higienis,'' tandasnya.(D19-39)

Post Date : 21 Juni 2006