Pengolahan Kompos Hasilkan Rp 250 Juta

Sumber:Kompas - 18 Januari 2007
Kategori:Sampah Jakarta
Jakarta, Kompas - Pengolahan kompos di Kelurahan Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mampu menghasilkan uang Rp 250 juta lebih per tahun dan mengurangi sampah rumah tangga.

Wakil Bidang Pengkajian dan Kebijakan Teknologi Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) Lusina Waluyati dalam rapat di Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Rabu (17/1), mengatakan, pengolahan sampah domestik secara terkoordinasi oleh warga tersebut menghasilkan pendapatan Rp 21.777.900 per bulan.

"Biaya yang diperlukan sekitar Rp 13 juta ditambah biaya tenaga kerja Rp 3 juta per tahun. Total biaya operasi setahun sebesar Rp 17.377.500. Untuk alat pembuat kompos di tiap rumah tangga biayanya hanya Rp 97.500. Setelah setahun lebih, saat ini sudah ada 18 kader pembina kompos di Kramat Pela," ujar Lusina.

Kegiatan itu sudah disosialisasikan di tujuh kelurahan, dari 10 rukun warga (RW) di Kramat Pela. Dari tujuh RW itu hanya satu RW yang tidak aktif.

Kendala kegiatan itu adalah program swastanisasi angkutan sampah, serta sistem anggaran dan koordinasi antarinstansi di lapangan masih kaku.

Wali Kota Jakarta Selatan Syahril Effendi, yang memimpin pertemuan, meminta seluruh lurah di Jakarta Selatan belajar dari keberhasilan di Kramat Pela. "Jakarta Selatan harus meningkatkan kualitas lingkungan sehingga proyek kompos ini merupakan nilai tambah pada persaingan memperoleh penghargaan Piala Adipura," ujar Syahril.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Baruna mendukung program kompos di tingkat kelurahan. Hal itu, menurut dia, ikut menurunkan volume sampah di Jakarta.

Proyek percontohan

"Setiap hari ada 6.000 ton sampah dihasilkan di Jakarta. Seandainya di Jakarta Selatan dihasilkan 1.200 ton sampah yang setara 4.800 meter kubik, tentu program pembuatan kompos akan sangat bermanfaat. Saat ini di Jakarta Selatan juga sedang dibuat proyek percontohan oleh Universitas Indonesia yang mengolah sampah menjadi kompos dan biogas," ujar Eko.

Saat ini telah disediakan lahan 1,9 hektar yang dapat mengolah 100 ton sampah setiap hari. Ini menjadi percontohan agar masyarakat tak menentang pembuatan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) yang akan mengolah dan menciptakan nilai ekonomi dari sampah.

Selain menghasilkan uang secara langsung dari pembuatan kompos, berkurangnya sampah domestik sebanyak 20-30 persen dapat dicapai. Manfaat lain adalah berkurangnya ancaman banjir dan risiko penyakit. (ong)



Post Date : 18 Januari 2007