Pengungsi Mulai Diserang Penyakit

Sumber:Kompas - 05 Februari 2007
Kategori:Banjir di Jakarta
Jakarta, kompas-Ratusan pengungsi akibat banjir di sebagian wilayah DKI Jakarta kini mulai terserang berbagai penyakit, seperti demam, gatal-gatal, flu, dan asma. Mereka juga mengeluhkan belum mendapatkan bantuan perawatan dan pengobatan serta pembagian pakaian hangat pun tidak merata.

"Pasokan makanan sudah rutin kami terima, tetapi masih sulit kami mendapatkan obat-obatan dan pakaian hangat. Saya sudah dua hari tak ganti baju dan sekarang mulai meriang," kata Wartono (36), warga Petamburan, Jakarta Barat, Minggu (4/2).

Banjir yang melanda Petamburan juga meluber ke Kecamatan Tanah Abang dan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Di kedua kecamatan itu, sembilan kelurahan terendam banjir. Terdapat sedikitnya 23.000 jiwa korban banjir di Tanah Abang dan Sawah Besar yang terendam air hingga setinggi 100 sentimeter.

Penanganan pengungsi di Tanah Abang dipusatkan di Kantor Kecamatan Tanah Abang, yang dilengkapi dapur umum dan pelayanan medis. Namun, korban di kawasan itu tidak mudah dijangkau sehingga selain proses evakuasi korban sulit, juga obat, vitamin, dan pakaian hangat belum bisa didistribusikan secara merata. Bantuan itu menumpuk di kantor kecamatan.

Djaelani (56), warga Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang bersama keluarganya terendam selama hampir tiga hari, mengaku tubuhnya mulai berwarna kemerahan dan gatal. Batuk dan flu pun mulai menyerang.

Menurut Djaelani, keluarganya sempat tertahan di perumahan, sekitar satu kilometer dari Jalan Boulevar Barat, Kelapa Gading, sejak Jumat. Petugas baru mengevakuasi mereka hari Minggu.

Djaelani harus mencari tempat pengungsian sendiri pula karena tenda pengungsian di Mal Artha Gading penuh sesak.

Mobil toilet

Selain obat-obatan dan pakaian, pengungsi juga membutuhkan mobil toilet. Korban banjir yang mengungsi di Posko Kelurahan Cawang Jalan Dewi Sartika, Jakarta Timur, mengaku kebingungan jika ingin buang air kecil atau besar. Mereka kini harus berjalan kaki ke Pasar Jambul, yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari lokasi pengungsian mereka. Setiap kali menumpang ke WC umum pasar itu, warga harus membayar Rp 1.000.

Di Posko Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur, juga masih banyak obat-obatan yang diperlukan. Banyak pengungsi yang mengantre untuk berobat, terutama yang memiliki anak balita. "Anak saya muntah-muntah dan mencret sejak pagi," kata Juju (27), seorang pengungsi. (nel/sf)



Post Date : 05 Februari 2007