Peran Bersama demi Air Berkualitas

Sumber:Media Indonesia - 21 April 2011
Kategori:Air Minum

AIR adalah salah satu cikal bakal peradaban manusia. Apabila air menjadi komoditas barang yang mahal dan langka, terancamlah peradaban seluruh umat manusia beserta makhluk di planet ini.

Krisis air akan menjadi suatu ancaman, bahkan bisa menimbulkan tragedi kemanusiaan yang sangat menakutkan. Adanya kekeliruan dalam pengelolaan sumber daya air semakin kompak dengan dampak perubahan iklim serta El Nino yang turut andil mengurangi stok air bersih untuk dikonsumsi.

Kebutuhan konsumsi air akan terus meningkat seiring dengan berkembangnya dunia industri atau pertanian yang terus menerus memaksa air keluar dari dalam tanah.

Tri Rooswiadji, dari World Wildlife Fund (WWF), dalam workshop Dunia Tanpa Air Bersih di Kampus Trisakti, Maret lalu, mengemukakan air tawar di seluruh dunia hanya tinggal 3%. Sementara sisanya sebanyak 97% adalah air laut. Jumlah air yang sedikit itu dari tahun ke tahun semakin berkurang untuk memenuhi kebutuhan 7 miliar penduduk dunia.

Hal itu dibenarkan pakar hidrogeologi Universitas Gadjah Mada Dr Ir Heru Hendrayana. “Kondisi air permukaan saat ini sangat kritis. Air Permukaan secara kualitas sudah tidak bisa diandalkan dan secara kuantitas pun terus menurun," jelasnya.

Bagaimana dengan kondisi air bersih di Indonesia? Menurut Ketua Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Trisakti Ariani, dalam workshop Dunia Tanpa Air Bersih, menyebutkan 63% air di Indonesia di antaranya berada di septic tank, sisanya 16,7% di sungai, dan 14,4% yang berada di tanah.

Pada bagian lain, Heru menjelaskan kondisi air permukaan di Indonesia, terutama di perkotaan semakin tidak layak dikonsumsi akibat banyaknya industri yang menyedot air bawah permukaan, yang memiliki kualitas baik.

Heru menambahkan, tren ke depan, kualitas air akan mengalami penurunan akibat pengaruh alam dan manusia. "Pengaruh manusia yang paling besar," tegasnya.

Menurut dia, kelangkaan sekaligus pencemaran air saat ini sangat dipengaruhi kelalaian dan kegagalan perencanaan pembangunan yang tidak memperhatikan keberadaan manusia dan lingkungan mereka secara utuh. Itu juga dipicu buruknya sistem pembuangan limbah cair dan padat, sampah, sanitasi yang tidak memadai, serta penyusupan air laut hingga amblesnya permukaan tanah. "Kebanyakan ini terjadi di kawasan berkembang, ter masuk di Indonesia.

Indonesia memiliki regulasi yang mumpuni, tapi biasanya tidak sejalan dengan aplikasi penegakan aturan di lapangan,” papar Heru. Agar tidak memperburuk kondisi air, semua pihak perlu turun tangan. bersih dapat diperoleh semua kalangan.

Selain itu, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) menjadi tumpuan agar pemerintah m a m p u memberikan air yang layak bagi warga. " P D A M perlu dioptimalkan pemerintah, selain itu diperlukan campur tangan swasta, khususnya perusahaan-perusahaan penyedia air bersih," paparnya.

Untuk mengawasi ketersediaan air, lanjut Heru, Indonesia perlu mengikuti negara-negara maju yang memiliki lembaga dewan air, yang secara khusus menangani permasalahan air. "Tidak bersatu dengan kementerian ESDM atau PU."

Bukan cuma itu, tanggung jawab setiap perusahaan penyedia air minum dalam mengeksploitasi sumber daya air pun dibutuhkan. "Perusahaan besar penyedia air minum, sebelum mengeksploitasi sumber daya air, seharusnya melakukan penelitian, termasuk kajian amdal,” jelas Heru.

Namun, tambah Heru, saat ini banyak perusahaan kecil dan industri ilegal yang mengambil cadangan air bawah tanah.

“Mereka mana bisa membiayai penelitian.” Heru mengungkapkan pengelolaan air harus mengusung transparansi serta melibatkan peran masyarakat untuk mendapatkan akses pasokan air. Sudah saatnya membangun sistem pemanfaatan air tanah

yang berwawasan keadilan dan mampu menjamin hak masyarakat, terutama masyarakat miskin dalam mendapatkan akses penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Menurut Ma nager Water Resource Danone Aqua Wahyu Triharja, pihaknya tidak hanya bertanggung jawab terhadap konservasi alam di sekitar mata air, tetapi juga aktif mengajak masyarakat. Mereka memberikan edukasi lingkungan khusus nya air.

Aqua memberikan pengetahuan mengenai air melalui empat pendekatan, yakni sosioeconomic, nature and environment, institution development, dan pendidikan lingkungan untuk masyarakat.

“Masyarakat itu banyak yang belum tahu seberapa pentingnya menghargai air, serta bagaimana menggunakannya (air) dengan bijak. Itu tanggung jawab bersama untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat," kata Wahyu. Hal itu menjadi tantangan bagi kita untuk mengelola air dengan baik. AMALIA SUSANTI



Post Date : 21 April 2011