Perdagangan Karbon Menguat

Sumber:Kompas - 07 Desember 2007
Kategori:Climate
Nusa Dua, Kompas Di tengah hiruk-pikuk aksi antiperdagangan karbon, transaksi kredit karbon terus berlangsung. Sindicatum Carbon Capital Ltd dan PT Odira Energy Persada, perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang gas dan energi, telah menandatangani delapan proyek kredit karbon melalui Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism/CDM) dengan nilai investasi 500 juta dollar AS.

Delapan proyek tersebut meliputi empat buah proyek pemanfaatan gas buang, tiga buah proyek bahan bakar gas pengganti bahan bakar berpolusi, dan sebuah proyek pembangunan kilang pembangkit listrik tenaga gas," kata Anthony Moody, Executive Chairman Sindicatum Carbon Capital (SCC) Asia di Nusa Dua, pekan ini.

Semua proyek diklaim akan membantu mengurangi dua juta ton CO2 pertahun di Indonesia sampai 10 tahun ke depan.

CDM yang diperkenalkan dalam Protokol Kyoto mengakomodasi negara maju yang dengan berbagai alasan tidak mau mengubah teknologi industrinya menjadi teknologi bersih. Sebagai gantinya, mereka diwajibkan membiayai proyek yang ramah lingkungan di negara berkembang. Karena itu, banyak pabrik di ASseperti industri baja di Clairton dalam gambar initetap menggunakan bahan bakar batu bara dan membuang gas rumah kaca ke udara. Apalagi, AS tidak meratifikasi Protokol Kyoto.

Didanai perbankan

Perusahaan SCC didanai oleh perusahaan perbankan Citigroup, perusahaan asuransi AIG, dan Black River Asset Management yang merupakan anak perusahaan Cargill, korporasi transnasional (TNC) yang bergerak di bidang bioteknologi.

"Proyek-proyek CDM yang kami tandatangani merupakan hal yang positif bagi Indonesia karena proyek ini memungkinkan untuk mengurangi emisi karbon dari kilang-kilang minyak yang ada saat ini," tambah Triyatno Atmodihardjo, Direktur Teknik PT Odira Energy Persada.

"Selain tambahan pendapatan yang mereka peroleh dari proyek CDM, proyek ini memberikan kemudahan bagi kami untuk membantu Pertamina dan Indonesia Power mengurangi emisi karbon dan mengembangkan infrastruktur yang lebih efisien dan ramah lingkungan," tambah Triyatno.

Iwan Baskoro, Country Director GERES (Renewable Energy Environment and Solidarity Group) Kamboja mengatakan, lembaganya berhasil menjual 180.000 metrik ton CO2 ekivalen (CO2 selanjutnya hanya ton saja) kepada beberapa pembeli dari Eropa dan Amerika Serikat "Harganya bervariasi. Yang diecer per ton 24 euro, tetapi yang dijual partai besar hanya 5 dollar AS per ton. Sudah ada pembeli dari AS yang mengontrak hingga 2010 sebesar 200.000 ton," ujar Iwan seusai jumpa pers di Nusa Dua, Kamis (6/12).

GERES Kamboja memiliki program tungku hemat energi di Kamboja sejak 1997. Program itu dijual ke pasar karbon untuk mendapatkan dana bagi keberlanjutannya.

"Kami mencoba menghitung emisi yang kita kurangi melalui program tungku itu, yang diaudit oleh auditor independen dari Norwegia. Ternyata bisa diakui secara metodologis. Total emisi yang berhasil dikurangi sejak 2003 hingga 2006 dengan program tungku itu sebesar 180.000 ton," katanya seraya menambahkan, biaya untuk membayar auditor besarnya 20.000-25.000 dolar AS.

Investasi menarik

Kredit karbon telah menarik banyak perusahaan raksasa dunia yang didukung dana dari lembaga keuangan internasional untuk melakukan investasi. Indonesia adalah pasar yang banyak dilirik oleh pedagang karbon ini karena baru seperlima dari potensinya yang digarap.

"Potensi kredit karbon Indonesia dari CDM nonkehutanan sekitar 100 juta ton sampai tahun 2012. Kalau harga satu ton karbon 10 dollar, maka 100 juta ton berarti 1 miliar dollar AS. Hingga saat ini yang sudah terdaftar di Executive Board CDM di PBB baru 10 proyek dengan nilai 20 jutaan dollar AS," kata Agus Sari, Country Director EcoSecurities Indonesia, kemarin.

Sedang potensi kredit karbon dunia sampai tahun 2012 sekitar 40 miliar-50 miliar dollar AS. China mendominasi setengah dari potensi perdagangan karbon dunia, dan sudah terealisisasi separuhnya. "Pasarnya sudah cukup mapan di China. Indonesia masih jauh ketinggalan," ujarnya.

Perdagangan karbon didasarkan pada prinsip bahwa laju emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan bisa dikompensasi dengan membeli kredit karbon atau membayar proyek untuk mengurangi, menetralisasi, atau menyerap GRK. Setiap penurunan emisi yang setara dengan satu ton karbon akan mendapat Certified Emissions Reductions (CERs/Sertifikat Kredit Karbon). Harga rata-rata per sertifikat CER tahun 2006 adalah 10,90 dollar AS, berupa lembaran sertifikat surat berharga di pasar karbon.

Agus menyebutkan, potensi dunia saat ini kalau dijadikan pipeline (proyek yang dikembangkan) sampai tahun 2012 diperkirakan bisa menurunkan emisi sekitar dua miliar ton. EcoSecurities, menargetkan membeli sebanyak 25 juta ton kredit karbon pada pertengahan 2008.

Nilai moneter untuk kredit karbon tersebut setara dengan 250 juta-300 juta dollar AS. Kredit karbon selanjutnya akan dipasarkan ke negara-negara di Eropa dan Jepang yang menjadi pembeli kredit karbon terbesar, atau negara lain yang ikut menandatangani Protokol Kyoto.

EcoSecurities merupakan perusahaan yang berdiri 10 tahun lalu, atau hampir bersamaan dengan penandatanganan Protokol Kyoto. Kantor pusatnya di Dublin, Irlandia. Di Indonesia berdiri Agustus tahun 2005.

Sekarang ada 30-an proyek dengan potensi sekitar 12 juta ton sampai tahun 2012. Credit Suisse yang merupakan salah satu bank investasi global terkemuka memiliki sekitar 9,99 persen saham di EcoSecurities. Ahmad Arief dan Maria Hartiningsih



Post Date : 07 Desember 2007