Pesta Usai, Sampah Tiba

Sumber:Suara Pembaruan - 02 Januari 2010
Kategori:Sampah Jakarta

Sudah 36 tahun Dasuki (53) mengabdikan diri sebagai tenaga kebersihan Dinas Pertamanan Pemprov DKI Jakarta yang biasa beroperasi di sekitar pelataran Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat.

Dengan peralatan seadanya, Dasuki biasa menghabiskan waktunya untuk bekerja dari pukul 06.00-14.00 WIB sebagai petugas kebersihan.

Hari itu, waktu baru menunjukkan pukul 09.00 WIB. Tetapi, sudah ada yang berbeda dari raut wajah dan tubuh Dasuki. Hitam legam kulitnya yang habis dimakan matahari tidak dapat menutupi rasa lelah yang menghinggap.

"Saya sudah di sini sejak pukul dua pagi tadi. Tadinya, di tempat ini rumput sama sekali tidak terlihat karena tertutup sampah yang dibuang orang," kata Dasuki mengawali pembicaraan.

Walaupun lelah, ketika ditemui, Jumat (1/1), bapak lima anak itu memang tetap bersemangat terus mengumpulkan sampah yang masih berserakan. Memasuki tahun baru, dari tahun ke tahun, hal serupa memang dialami Dasuki. Dia harus membersihkan ratusan meter kubik sampah yang dibuang oleh warga saat merayakan pesta pergantian tahun di Monas.

"Biasanya, dalam satu hari, paling hanya terdapat 10 sampai 20 karung sampah. Itu pun lebih banyak sampah daun. Sehabis tahun baru, baru beberapa jam membersihkan, kami sudah mendapatkan ratusan karung," tambah Dasuki.

Pelataran Monas sejak dulu memang sudah menjadi pilihan favorit bagi warga Jakarta dan sekitarnya. Itu tentu menjadi pekerjaan tersendiri bagi Dasuki dan beberapa rekannya. "Di sektor selatan ini kami bekerja hanya 12 orang. Sebelumnya, sekitar 40 orang tiap satu sektor. Entah kenapa sekarang dikurangi. Sejak subuh kami kewalahan menyapu sampah yang sepertinya tidak habis-habis," ujarnya.

Tidak mudah membersihkan lokasi yang menjadi banyak dikunjungi warga. Apalagi, sebagai lokasi favorit, Monas mempunyai luas wilayah yang tidak kecil. Sejak diresmikan 1961 oleh Presiden pertama RI Soekarno, Tugu Monas memiliki luas areal sekitar 80 hektare (ha). Bila dibagi menjadi lima sektor, berarti satu sektornya memiliki luas 16 ha. Bisa dibayangkan, dengan 12 orang, harus membersihkan areal seluas itu.

Upah Minim

Namun sayang, jerih payah para petugas kebersihan sampah Monas dari Dinas Pertamanan tidak diimbangi o pendapatan yang setimpal. Untuk mengerjakan tugas seberat itu, mereka hanya diupah sebesar Rp 819.000/bulan tanpa tambahan lain seperti upah lembur dan THR.

"Peraturan baru dari pengelola lapangan Dinas Pertamanan hanya mengizinkan kami kerja selama 26 hari setiap satu bulan. Lebih dari itu, tidak dibayar," tutur Dasuki.

Warga Kemayoran itu menjelaskan, kebijakan selalu berubah. Pada tahun ini, dia mengaku sama sekali tidak mendapatkan tunjangan apa pun, selain upah.

Dia mencontohkan, pertengahan 1974, pertama kali menjadi petugas kebersihan Monas dia mengaku mendapatkan upah Rp 300 per bulan. Tetapi dalam keadaan itu, dia bisa mendapatkan uang hingga melebihi Rp 700 sebulannya karena diterapkan sistem upah lembur dan tunjangan. [SP/Yeremia Sukoyo]



Post Date : 02 Januari 2010