Petani Sempat Bersitegang, Berebut Air Bendung Senjoyo

Sumber:Kompas - 04 Agustus 2008
Kategori:Kekeringan

Salatiga, Kompas - Puluhan petani dari sejumlah kelurahan di Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga dan Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, sempat bersitegang, Sabtu (2/8), karena memperebutkan aliran air Bendung Senjoyo. Sejumlah petani Tingkir Lor dan Kalibening berupaya membongkar pintu air yang membagi aliran Bendung Senjoyo.

Ketegangan terjadi di Pintu Air Ajiawur yang berada di Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Pintu air itu berfungsi mengatur aliran air dari Bendung Senjoyo ke arah timur, yaitu ke Tingkir Tengah dan sejumlah kelurahan di Kecamatan Suruh, serta arah utara menuju Tingkir Lor dan Kalibening.

Petani dari Tingkir Lor dan Kalibening yang sudah datang sekitar pukul 08.00 dengan membawa palu dan linggis sempat berusaha membongkar pintu air yang menuju arah utara. Itu dilakukan agar aliran air lebih banyak menuju ke wilayah mereka.

Kondisi ini membuat sejumlah petani dari Tingkir Tengah dan sejumlah kelurahan di Suruh tidak puas. Mereka menghalangi sehingga terjadi adu mulut.

”Selama ini meski pintu air rusak, air tetap mengalir ke Tingkir Lor dan Kalibening. Kalau pintu dibobol, kami di arah timur tidak akan kebagian air karena tanah lebih tinggi,” kata Zamzuri (53), petani Tingkir Tengah.

Konflik yang lebih jauh berhasil dicegah setelah petani yang saling memperebutkan air dilerai Kepala Desa Tegalwaton Agus Suranto. ”Kalau ada yang berani merusak fasilitas umum, saya akan laporkan ke polisi,” kata Agus.

Menurut Kepala Ranting Pengairan Kecamatan Tengaran, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, Dalwandi, kisruh perebutan air disebabkan pasokan air dari Bendung Senjoyo yang semakin menurun. Saat ini debit air Bendung Senjoyo sekitar 393 liter per detik atau turun separuh daripada saat musim hujan. Bendung itu dimanfaatkan untuk mengaliri 2.904 hektar sawah di arah utara dan 700 hektar sawah di arah timur bendung.

Musim kering ini juga membuat sejumlah petani di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, kian sulit mendapatkan air. Sebagian besar tanah sawah sudah merekah. Untuk menyelamatkan tanaman, mereka terpaksa mengintensifkan penggunaan mesin pompa air sehingga menaikkan biaya produksi.

Muslim (60), petani di Desa Kepandean, Kecamatan Dukuhturi, Minggu, mengatakan, ketersediaan air sudah tidak memadai. Petani di daerahnya sudah tidak mendapatkan air dari saluran irigasi sejak lebih dari satu bulan lalu. ”Lihat saja, tanah-tanah sudah merekah dan kering,” ujarnya. (GAL/WIE)



Post Date : 04 Agustus 2008