Pola Hidup Sehat Belum Prioritas

Sumber:Kompas - 05 September 2007
Kategori:Sanitasi
Palembang, Kompas - Minimnya kesadaran warga terhadap kebersihan dan kurangnya akses terhadap air bersih menjadi penyebab tingginya kasus diare di Sumatera Selatan. Diare menjadi penyakit yang sulit dicegah karena sekitar 30 persen warga Provinsi Sumsel masih mengonsumsi air sungai.

Hal itu dikemukakan Dharmayuli, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengamat Penyakit Dinas Kesehatan Sumsel, yang didampingi Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Sumsel Tarzukni, Selasa (4/9).

Tarzukni menjelaskan, pemerintah masih kesulitan untuk mengendalikan kasus diare. Kasus diare belum juga hilang di Sumsel karena tidak didukung perilaku sehat dari warga.

Dia mencontohkan, lebih dari 30 persen warga Provinsi Sumsel masih mengonsumsi air sungai. Bahkan, sebagian sengaja memilih untuk tidak berlangganan air bersih dari perusahaan daerah air minum (PDAM) karena kedekatan akses dengan air sungai.

Tanpa diproses

Ironisnya, warga langsung mengonsumsi air sungai tanpa melalui proses sterilisasi. Biasanya, air sungai diendapkan dulu selama satu malam agar jernih, baru kemudian esok harinya bisa dikonsumsi.

"Namun, pola menjernihkan air sungai dengan sistem pengendapan tersebut tidak sepenuhnya menjamin higienitasnya. Memang airnya jadi jernih, tetapi tidak menjamin kandungan kumannya, khususnya e-coli menghilang," kata Tarzukni.

Mengenai kasus diare di Sumsel, dia masih terus memantau perkembangannya. Hingga pertengahan tahun 2007 ini, Tarzukni menjelaskan, kasusnya belum melampaui kasus yang terjadi selama tahun kemarin. Saat ini tercatat lebih dari 100 warga menderita diare dan belum ada kasus meninggal dunia.

Dia optimistis kasus diare di Sumsel bakal tertangani atau menurun jumlah penderitanya. Alasannya, pemerintah saat ini sedang bekerja sama dengan donatur luar negeri menggelar program Water Suplai-LIC atau WS-LIC. Proyek ini merupakan program penyediaan air bersih dengan membangun sumur-sumur yang diperuntukkan bagi warga miskin.

"Selain warga miskin, sumur juga diperuntukkan bagi warga yang tidak mendapat akses air bersih. Lokasinya dibangun di wilayah-wilayah," kata dia.

Setelah membangun proyek percontohan sumur-sumur air bersih tersebut, Tarzukni berharap warga memiliki inisiatif untuk membangun sumur air bersih secara swadaya. Dia menilai, kasus diare bisa ditekan seminim mungkin bahkan dihilangkan dengan adanya keterlibatan dan partisipasi aktif secara swadaya dari masyarakat.

Dharmayuli mengatakan, program penyediaan air bersih perlu digalakkan untuk mengubah perilaku hidup masyarakat yang kurang sehat. Dia juga membenarkan bahwa sebagian masyarakat Sumsel masih belum bisa menghilangkan kebiasaan mengonsumsi air sungai.

"Sulit mengubah hal ini karena sifatnya sudah menjadi kebiasaan atau perilaku. Karena itu, perlu gerakan penyadaran secara intensif dan berkesinambungan," katanya.

Perlu diwaspadai

Menurut Tarzukni, sebenarnya, di sepanjang musim kemarau terdapat empat penyakit yang perlu diwaspadai, antara lain, adalah diare, ISPA, iritasi mata, dan iritasi kulit. Dari empat jenis penyakit itu, diare dan ISPA mendapat perhatian lebih karena selalu terjadi setiap tahun.

"Beruntung, sebagian wilayah Sumsel belum masuk kemarau panjang, tetapi masih kemarau basah. Namun, tetap saja harus diwaspadai," kata dia.

Sebagai peringatan dan pencegahan dini, lanjut dia, pemerintah melakukan dalam bentuk kampanye media, yakni membuat dialog interaktif dan menyebarkan poster. Sampai sekarang, pihaknya sudah menyebarkan puluhan ribu poster ke seluruh daerah di Sumsel. (ONI)



Post Date : 05 September 2007