Pontianak Banjir, Kalteng Antisipasi

Sumber:Kompas - 16 Juli 2012
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
PONTIANAK, KOMPAS - Sejumlah kawasan di Kota Pontianak, Minggu (15/7), masih dilanda banjir akibat hujan deras yang mengguyur sejak Sabtu sore hingga malam. Padahal, beberapa hari sebelumnya, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat itu dilanda kekeringan yang mengakibatkan intrusi air laut di Sungai Kapuas hingga 50 kilometer.
 
Permukiman penduduk yang terendam berada di sekitar Jalan Purnama, Jalan Purnama 2, dan Jalan Wonodadi, serta sebagian wilayah Kota Baru. Di sejumlah perumahan sekitar Jalan Purnama, air menggenang setinggi 50 sentimeter. Banyak sepeda motor mogok.
 
Rudiansyah (45), seorang pengendara motor mengatakan, sepeda motornya mogok setelah dipaksakan melewati banjir di Jalan Purnama 2. ”Kawasan ini memang sering tergenang, tetapi tidak setinggi seperti pada Minggu ini,” ujar Rudiansyah.
 
Banjir mulai melanda sejumlah kawasan di Kota Pontianak sejak Sabtu malam. Selain Jalan Purnama dan Jalan Wonodadi, sejumlah ruas jalan lain yang tergenang pada Sabtu malam adalah sebagian Jalan A Yani, Jalan Sutoyo, Jalan KS Tubun, Jalan Ahmad Dahlan, dan Jalan Sutan Abdurrahman.
 
Hujan terjadi setiap sore dalam tiga hari terakhir sejak Jumat lalu. Jumat malam lalu, banjir juga menggenangi sejumlah kawasan di Kota Pontianak. Ini sesuai prakiraan Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak. Prakirawan Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak, Prada Wellyantama, mengungkapkan, sejak Jumat hingga Minggu diprediksi terjadi hujan sedang di seluruh perairan Kalbar. Hujan yang sama juga terjadi di daratan.
 
Banjir terjadi setelah sempat kekeringan juga sudah diperkirakan Kepala Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati dan Masyarakat Lahan Basah Universitas Tanjungpura Gusti Zakaria Anshari. Menurut dia, kerusakan daerah aliran Sungai Kapuas dan kawasan penyangga di sekitarnya memicu turunnya debit air secara drastis saat kemarau. Namun, begitu turun hujan beberapa jam, Sungai Kapuas dengan cepat terisi penuh sehingga meluap.
 
”Kalau hujan dalam intensitas tinggi terjadi selama beberapa hari, air Sungai Kapuas yang sebaliknya akan mendorong air ke arah laut. Tahun lalu, dorongan air tawar Sungai Kapuas mencapai 30 kilometer dari muara Sungai Kapuas. Namun, dampaknya, terjadi banjir di Kota Pontianak,” ujar Gusti.
 
Sementara itu, di Kalimantan Tengah (Kalteng) masih sering turun hujan. Meski demikian, tetap diwaspadai bahaya kebakaran, seperti menyiagakan petugas dari berbagai instansi terkait dan meminta hujan buatan.
 
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalteng, Mugeni, di Palangkaraya, Minggu, mengatakan, petugas pemantau potensi kebakaran akan mengadakan apel siaga di lapangan Jalan Adonis Samad, Palangkaraya, 18 Juli. Peserta sekitar 710 orang.
 
”Peserta apel termasuk elemen-elemen masyarakat seperti Tim Serbu Api tingkat kelurahan dan masyarakat peduli api,” kata Mugeni. Di Palangkaraya misalnya, hujan turun hampir setiap hari selama seminggu terakhir.
 
Kewaspadaan lain mengantisipasi bahaya kebakaran hutan dan lahan yakni melakukan hujan buatan. Pemprov Kalteng telah mengajukan permintaan itu ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Juni 2012. Pelaksanaan hujan buatan bergantung pada situasi.
 
”Misalnya, harus ada awan. Nanti, dana siap pakai dari BNPB untuk menggunakan pesawat pembuat hujan,” ujar Mugeni.
 
Daerah bergambut merupakan kawasan paling penting yang harus diperhatikan untuk keperluan hujan buatan. Sifat tanah bergambut saat kering akan mudah terbakar dan sulit dipadamkan. Pemadaman membutuhkan hujan yang deras dan lama.
 
Menurut Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut Palangkaraya, Hidayat, musim kemarau yang terjadi di Kalteng ini masih bersifat basah. Artinya, peluang turun hujan di wilayah itu masih tetap ada selama beberapa hari ke depan. (AHA/BAY)


Post Date : 16 Juli 2012