Preman Air Makin Meluas di Klaten

Sumber:Suara Merdeka - 27 April 2005
Kategori:Drainase
KLATEN- Keberadaan preman air yang meresahkan para petani ternyata tak hanya beroperasi di wilayah Klaten bagian barat. Mereka juga beroperasi menyebar di wilayah Klaten bagian selatan dan timur setiap musim kemarau.

Menurut keterangan yang dihimpun, preman air juga terdapat di Kecamatan Karangdowo dan sekitarnya. Tak jarang di antara para preman itu membawa senjata tajam seperti golok atau pedang untuk mengamankan daerahnya. Bahkan tak jarang terjadi bentrok antarkelompok.

Air merupakan sumber kehidupan utama bagi para petani. Terlebih saat musim kemarau, secara otomatis petani hanya bergantung pada irigasi teknis yang dikuasai para preman air tersebut.

Mereka harus merogoh kantong antara Rp 50.000-Rp 100.000 untuk mengairi sawahnya, tergantung pada jarak. Karena preman air sudah beroperasi dalam waktu lama, maka petani terbiasa. Daripada ramai, mereka terpaksa mengalah dan mengeluarkan uang.

Anggota DPRD Klaten yang tinggal di Karangdowo, Anang Widayaka juga mengetahui berita tentang adanya preman air di wilayah Karangdowo dan juga di kecamatan-kecamatan lain. Mereka menjaga titik aliran air ketika musim kemarau.

''Para preman beroperasi saat musim kering sedang mencapai puncak. Kalau musim hujan mereka menghilang. Petani di sana terpaksa mengalah,'' kata Anang yang juga Wakil Ketua DPRD Klaten, Selasa (26/4).

Namun, kata dia, saat ini sudah sedikit ada perbaikan. Sebagian Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dharma Tirta melakukan penelusuran air. Mereka menyisir sampai ke hulu untuk mencari saluran air yang macet agar bisa sampai ke desanya.

Harga Patokan

Para petani tetap mengeluarkan uang, tetapi untuk operasional bersama dan berjumlah tidak terlalu besar. Berbeda dari preman air yang menetapkan harga patokan yang sebenarnya memberatkan petani, karena mempertinggi ongkos produksi.

''Ada preman air yang meresahkan. Tetapi ada juga yang baik mau mengupayakan air bagi petani di wilayahnya. Kami berharap aparat terkait peduli dengan keberadaan preman air yang meresahkan petani,'' ujar Anang.

Sebelumnya, para petani di wilayah barat seperti Kecamatan Klaten Selatan juga mengeluhkan beroperasinya preman air di wilayah mereka. Preman air itu menguasai titik aliran air, sehingga petani yang membutuhkan air terpaksa membayar antara Rp 25.000-Rp 50.000.

Mereka mengusulkan petugas pemerintah ditempatkan di titik-titik tersebut agar keberadaan preman dapat ditekan dan tidak merugikan petani.(F5-85s)

Post Date : 27 April 2005