Presiden Kecewa Atas Pertemuan Bali

Sumber:Koran Tempo - 15 Desember 2007
Kategori:Climate
NUSA DUA -- Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) molor. Perundingan yang seharusnya berakhir kemarin itu terus berlangsung sampai lewat tengah malam. Yvo De Boer, Sekretaris Eksekutif Konferensi, membantah jika konferensi disebut telah menemui jalan buntu. "Jelas sekali tidak ada deadlock. Lebih tepat disebut di ambang kesepakatan," katanya.

Profesor Emil Salim, Ketua Delegasi Indonesia, juga menegaskan bahwa perundingan tidak gagal. "Ini masih terus dirundingkan," katanya. Menurut Emil, beberapa poin penting sudah dapat disepakati. Namun, Emil enggan menjelaskan poin apa saja yang dimaksud.

Di tengah alotnya perundingan, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, yang sudah telanjur terbang ke Timor Leste, dilaporkan hari ini akan kembali ke Bali. "Saya akan terlibat dalam perundingan lebih lanjut," katanya.

Tarik-ulur target reduksi emisi karbon menjadi pemicu utama alotnya perundingan. Draf "Peta Jalan Bali" menyebutkan bahwa negara maju wajib memangkas emisi karbon 25-45 persen dari tingkat emisi 1990 pada 2012 nanti. "Ada negara yang ingin agar angka itu dimasukkan, ada yang tidak," kata De Boer.

Yvo de Boer memang tidak menyebutkan persisnya negara mana saja yang menolak target pemangkasan emisi. Tapi, sedari awal perundingan, keberatan soal ini muncul dari anggota "The Gang of Four", yakni Amerika, Australia, Kanada, dan Jepang. Uni Eropa bahkan sempat mengancam akan memboikot pertemuan yang digagas Amerika di Hawaii, bulan depan, jika Amerika tidak juga menerima target pangkas emisi.

Menurut sumber Tempo, akhirnya dicapai kesepakatan yang meniadakan angka target reduksi emisi secara pasti. "Presiden Yudhoyono kecewa akan hal ini," kata sumber itu.

Apabila negara maju keberatan dengan target reduksi emisi, negara berkembang memiliki isu yang lain. Bangladesh, misalnya, dikabarkan menyampaikan protes karena adanya tekanan terhadap negara berkembang dalam draf "Peta Jalan Bali", bahkan termasuk adanya sanksi ekonomi. Karena itu, negara berkembang (G-77) berunding khusus dengan dipimpin Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirajuda.

Pada kesempatan terpisah, siang hari kemarin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memanggil sebelas gubernur ke Jimbaran, Bali. Gubernur yang hadir antara lain dari Aceh, Papua, Kalimantan Timur, dan Riau. "Presiden meminta partisipasi para gubernur dalam menjaga hutan," kata Andi Mallarangeng, juru bicara kepresidenan.

Menjaga hutan, ditekankan Presiden, adalah perjuangan penting mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang termasuk paling berisiko terkena dampak perubahan iklim. "Ini situasi yang genting. Kalau satu jengkal wilayah kita diambil oleh negara lain, tentara akan siap berperang. Banyak warga yang mau menjadi sukarelawan," Andi menirukan Presiden, "Tapi, kalau melawan perubahan iklim, tentara tidak ada gunanya."

Dalam acara itu, Presiden memerintahkan para gubernur segera merancang konsep REDD (pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi). Aceh disebut sebagai salah satu provinsi yang paling siap dengan konsep ini. Presiden kembali akan memanggil para gubernur di Jakarta untuk membahas pembenahan di bidang kehutanan, hari ini di Jakarta.

Kepada wartawan, Andi Mallarangeng menjelaskan bahwa Presiden meminta forum Bali tidak dianggap sebagai satu titik terpisah. Masih ada kesempatan berjuang lagi di arena internasional, yakni di Kopenhagen pada 2009.

Hal senada juga diungkapkan oleh Fernando Tuela, delegasi dari Meksiko. "Pertempuran sebenarnya adalah di Kopenhagen," katanya, "Bali ini cuma pemanasan." ANDREE | WURAGIL | FANNY



Post Date : 15 Desember 2007