Program Belum Terealisasi, Jakarta Tergenang Lagi

Sumber:Kompas - 06 Desember 2010
Kategori:Banjir di Jakarta

Jakarta, Kompas - Musim hujan tiba, tetapi program pengerukan kali, perbaikan dan pelebaran saluran, hingga proyek penambahan lokasi polder belum semua terealisasi. Jakarta bakal kebanjiran lagi.

Dalam silaturahim Gubernur DKI Jakarta dengan pengurus RT/RW, dewan kelurahan, dewan kota kabupaten, dan tokoh masyarakat serta peringatan Hari Kesatuan Gerak PKK ke-38 di Senayan, Sabtu (4/12), Fauzi Bowo meminta semua aparat pemerintah hingga di tingkat RT/RW menggerakkan warganya untuk bersih-bersih sungai.

”Saya membutuhkan dukungan bapak/ibu pengurus RT/RW dan ibu-ibu PKK. Ayo sama-sama gerakkan warga mengeruk sungai. Jika bisa dilakukan, tekanan banjir akan bisa sama-sama kita kurangi,” ujarnya.

Fauzi mengakui, selama dua tahun masa pemerintahannya, belum semua program penanggulangan banjir terealisasi. Namun, dia mengaku telah berupaya agar program terus berjalan meski kerap tersandung masalah pendanaan.

Dibongkar


Minggu, Suku Dinas Pekerjaan Umum (Sudin PU) Tata Air Jakarta Barat membongkar beberapa bangunan tembok berlantai dua dan tiga di atas lahan, tempat rumah pompa akan dibangun. Sebagian bangunan diratakan kendaraan berat backhoe.

Pada pembongkaran yang berlangsung di Angke, Tambora, tersebut, Kepala Sudin PU Tata Air Jakbar Heryanto berterima kasih kepada warga atas kesadaran warga sehingga pembongkaran berjalan lancar.

Dia menjelaskan, di situ dibangun waduk kecil dan tiga rumah pompa dengan pompa berkapasitas 500 meter kubik per detik. ”Luapan genangan air akan dipompa ke waduk kecil. Selanjutnya dialirkan ke Waduk Pluit dan dipompa ke Banjir Kanal Barat,” ujar Heryanto.

Sebelumnya, Kepala Dinas PU DKI Jakarta Hery Basworo menugaskan Sudin PU Tata Air Jakbar dan Jakut menuntaskan penertiban bangunan di bantaran Kali Duri karena kebutuhan pembangunan fasilitas pompa yang mendesak. Keberadaan pompa itu akan mengurangi banjir di lingkungan Kelurahan Angke dan Pejagalan, Jakbar.

Heryanto mengatakan, pembongkaran melibatkan 150 petugas PU Tata Air Jakbar dan belasan petugas gabungan. Sebagian warga membongkar sendiri bangunan mereka. Hal ini membuat proses pembongkaran berjalan lebih cepat.

”Terima kasih kepada tokoh warga setempat, Haji Riri, yang mendukung penertiban bangunan di sini,” ujar Heryanto di- dampingi Kepala Seksi Pemeliharaan Sudin PU Tata Air Jakbar Surya.

Saat pembongkaran berlangsung, sejumlah warga mendesak Sudin PU Tata Air Jakbar juga membongkar seluruh bangunan liar di sepanjang bantaran kali di Jakbar. Alasannya, supaya adil.

”Kami mendukung penertiban yang menyeluruh biar merata dan adil,” ujar seorang warga, Ramdani (40). Dia mengakui, masyarakat sekitar berharap rumah-rumah pompa segera dibangun untuk mengatasi banjir.

Kawasan permukiman yang diapit Kali Duri dan Banjir Kanal Barat itu bertahun-tahun menjadi langganan banjir karena berdiri di atas bantaran Kali Duri, bahkan di sebagian tubuh sungai itu berdiri puluhan bangunan dan tumpukan sampah.

”Ada bangunan, ada tumpukan sampah di kali. Itu menjadi pemandangan umum di kawasan kumuh di Jakarta. Untuk mengurangi pembuangan sampah di kali, kami menertibkan bangunan-bangunan liar di sekitar kali itu,” kata Heryanto.

Wakil Wali Kota Jakbar Sukarno menyampaikan hal senada. ”Pembangunan rumah-rumah pompa ini untuk kepentingan bersama, kepentingan masyarakat yang lebih luas,” katanya.

Masalah pengerukan sungai dan saluran drainase sangat krusial. Sepanjang Sabtu, sampah masih banyak hanyut di aliran banjir kanal barat. Tumpukan sampah di Pintu Air Manggarai selalu menimbulkan kerepotan bagi para penjaganya setiap hari.

Parjono, petugas di Pintu Air Manggarai, mengatakan, jika biasanya sampah di pintu air ini rata-rata 7 ton per hari, pada musim hujan volume sampah melonjak hingga 21 ton per hari.

Alat berat tidak henti mengeruk sampah. Para pemulung memungut barang-barang yang layak jual. Sisanya, gunungan sampah yang harus diangkut ke tempat pembuangan akhir.

Derasnya aliran di kanal banjir itu mencerminkan banyaknya kiriman air dari arah hulu di Puncak, Bogor. ”Selain sampah, lumpur juga ikut hanyut dari atas. Akhirnya mengendap bersama sampah dan makin mendangkalkan kanal dan badan Sungai Ciliwung,” kata Parjono.

Minimal sejak 10 tahun terakhir, pemerintah meluncurkan berbagai program bersih kali. Acara bersih-bersih Ciliwung bahkan menjadi agenda rutin tahunan dua-tiga tahun terakhir. Namun, kesadaran warga menjaga kebersihan lingkungan masih kurang. (NEL/WIN)



Post Date : 06 Desember 2010