Ratusan Hektare Sawah Teknis Jadi Sawah Pompa

Sumber:Pikiran Rakyat - 27 Juni 2005
Kategori:Drainase
INDRAMAYU, (PR).Ratusan hektare areal persawahan teknis di empat desa di Kec. Sukagumiwang, Kab. Indramayu, sudah bertahun-tahun berubah menjadi "Sawah Pompa" atau areal persawahan yang tergantung pada penggelontoran air oleh mesin pompa. Kondisi itu terjadi akibat kerusakan dan tidak berfungsinya saluran irigasi sekunder Bando - Cileuis. Akibatnya biaya produksi penanaman padi meningkat tajam.

Sejumlah petani di wilayah Kec. Sukagumiwang kepada "PR", Minggu (26/6) mengungkapkan, kerusakan parah dan menyebabkan tidak berfungsinya saluran irigasi sekunder Bando - Cileuis sudah berlangsung lebih dari sepuluh tahun lalu. Namun, kondisi itu tak mampu mengundang perhatian dari instansi terkait dan berwenang untuk upaya perbaikannya.

Padahal, dengan tidak berfungsinya saluran irigasi sekunder tersebut telah menjadikan areal persawahan di empat desa di kecamatan itu yakni Desa Bando, Gunungsari, Sukagumiwang, dan Tersana, tidak mendapatkan pasokan air secara teknis. Jumlah areal persawahan teknis yang telah tidak terairi secara teknis mencapai seluas 612 hektare.

"Agar usaha sektor pertanian tetap jalan, petani terpaksa menempuh cara pompanisasi menyedot air dari Sungai Sindupraja untuk kebutuhan pengairannya. Jadi lebih tepatnya, sawah teknis di sini telah berubah menjadi 'sawah pompa' akibat tidak berfungsinya saluran irigasi sekunder Bando-Cileuis," kata H Sadriah, warga Blok Nyongot Desa Gunungsari.

Akibat terdesaknya kebutuhan pengairan, akhirnya muncul usaha jasa pengairan dengan mesin pompa di empat desa itu. Namun masalahnya, biaya yang harus dikeluarkan petani tidak kecil. Untuk memenuhi kebutuhan pengairan, para pemilik jasa pompa menarik imbalan Rp 1.050.000,00 per hektare per musim tanam.

Kondisi tersebut menjadikan biaya produksi tanam padi petani setempat jauh lebih tinggi dibanding petani yang dialiri pengairan secara teknis. Para petani di empat desa itu berharap saluran irigasi sekunder Bando-Cileuis dapat diperbaiki dan berfungsi seperti sedia kala.

Minta perhatian

Tetapi untuk memperbaiki saluran irigasi sekunder sepanjang 7 kilometer tentunya bukan persoalan mudah karena memerlukan biaya cukup besar. Karenanya para petani berharap Pemkab Indramayu melalui Dinas Pekerjaan Umum Pengairan dapat memberi perhatian terhadap persoalan petani keempat desa di Kecamatan Sukagumiwang tersebut.

Kuwu Desa Tersana, Baidullah ketika ditemui terpisah mengaku sudah berkali-kali melaporkan persoalan yang dikeluhkan kalangan petani di wilayah desanya menyangkut pemulihan saluran irigasi Bando-Cileuis tersebut. "Karena bercocok tanam dengan menggantungkan kebutuhan pengairannya oleh pompa, memang cukup merepotkan dari sisi pembiayaan. Karena di saat terjadi kegagalan panen risiko kerugian yang diderita petani menjadi jauh lebih tinggi," kata Kuwu Baidullah yang juga menjabat sebagai Sekretaris Asosiasi Kuwu se Kabupaten Indramayu (AKSI) tersebut.

Karenanya seperti halnya para petani, Baidullah mengharapkan Pemkab Indramayu benar-benar memberi perhatian terhadap keluhan petani di Kecamatan Sukagumiwang. Hingga petani di wilayah itu tidak lagi bergantun pada mesin pompa untuk kebutuhan areal pertaniannya.

Camat Kecamatan Sukagumiwang Dudung Indra Ariska, S.H., M.H. mengatakan, perbaikan dan pemulihan saluran irigasi sekunder Bando-Cileuis kalau akan dilaksanakan sebaiknya disertai pemasangan senderan sepanjang saluran. Karena bila hanya diperbaiki namun tidak diberi senderan, maka kerusakan akan terus terulang. (A-96)

Post Date : 27 Juni 2005