Rencana Waduk Ciawi Ditolak

Sumber:Kompas - 13 Januari 2008
Kategori:Drainase
Jakarta, Kompas - Keinginan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun waduk di Ciawi, Bogor, mendapat penolakan dari pemerintah pusat. Sebagai gantinya, pemerintah pusat merevitalisasi situ-situ yang ada, membangun waduk-waduk kecil, dan membangun situ baru di sekitar Sungai Ciliwung.

Menurut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane Pitoyo Subandrio, Sabtu (12/1), penolakan tersebut sudah dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum pada tahun 2007 yang lalu. Penolakan didasarkan pada mahalnya biaya pembangunan dan risiko yang ditimbulkan.

"Biaya pembangunan Waduk Ciawi semahal pembangunan Waduk Jati Gede yang kapasitasnya lebih dari dua kalinya. Tingginya biaya pembangunan itu disebabkan mahalnya biaya pembebasan lahan," kata Pitoyo.

Selain itu, jika sampai Waduk Ciawi jebol, baik karena faktor teknis atau sabotase, risiko yang dihadapi pemerintah sangat besar. Risiko itu mulai dari terendamnya Istana Bogor, banjir besar yang melanda Jakarta, dan terendamnya Istana Negara.

"Waduk Ciawi dapat menampung 50 juta meter kubik air. Jika sampai jebol, kerusakan yang ditimbulkannya bisa sangat besar. Faktor kehati-hatian merupakan salah satu faktor yang yang menggagalkan rencana pembangunan waduk itu," kata Pitoyo.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo terus melobi pemerintah pusat dan Pemerintah Kabupaten Bogor untuk menyetujui rencana pembangunan waduk itu. Waduk itu dianggap sebagai salah satu alternatif solusi pencegahan banjir karena air dari hulu Sungai Ciliwung dapat ditahan sekitar tujuh jam.

Menurut Pitoyo, langkah pengganti untuk antisipasi banjir yang sudah disiapkan adalah revitalisasi situ-situ yang ada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung, pembangunan situ-situ baru, dan pembangunan beberapa waduk kecil yang baru.

Jumlah situ lama yang sudah dan sedang direvitalisasi mencapai 152 situ, dari 200 situ yang ada di sekitar DAS Ciliwung. Revitalisasi situ-situ itu berfungsi untuk menambah daya tampung air dari Sungai Ciliwung.

Adapun pembangunan situ-situ dan waduk ukuran kecil yang baru juga dimaksudkan untuk menampung limpahan air dari Sungai Ciliwung agar tidak langsung menggelontor ke Jakarta. "Tempat parkir" air itu menjadi kebutuhan mendesak karena Sungai Ciliwung di Jakarta sudah menyempit sehingga tidak dapat menampung lagi limpahan air di kawasan hulu.

"Penyebaran waduk kecil dan situ-situ baru mempunyai banyak dampak positif bagi warga di kawasan-kawasan sekitar DAS Ciliwung. Selain menahan air, situ dan waduk dapat digunakan untuk kegiatan perikanan, cadangan air minum, pertanian, dan wisata," kata Pitoyo.

Pembangunan situ-situ baru dan waduk-waduk kecil tidak membutuhkan biaya yang terlalu tinggi karena harga lahan yang dibebaskan tidak terlalu banyak. Selain itu, biaya proses konstruksi juga tidak semahal membangun waduk ukuran sedang.

Menanggapi penolakan dan rencana pengganti itu, Wakil Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Budi Widiantoro mengatakan, penolakan pembangunan Waduk Ciawi tidak menjadi masalah jika pemerintah pusat benar-benar merevitalisasi situ yang telah ada dan membangun situ baru serta waduk kecil.

"Bagi Jakarta, yang penting adalah ada penahan laju air dari hulu ke hilir Sungai Ciliwung. Selama ini Sungai Ciliwung menjadi penyebab utama banjir di Jakarta," tuturnya.

Sementara itu, Waduk Pluit di Jakarta Utara segera dikeruk sedalam 1 meter. Saluran gendongnya sepanjang dua kilometer, yang telah diokupasi warga untuk mendirikan bangunan, juga dibersihkan.

Menurut Kepala Subdinas Pengembangan Sumber Daya Air dan Pantai Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Nyoman Soewandhi, pengerukan waduk dan saluran serta penertiban bangunan didukung dana APBD DKI Jakarta tahun 2008 senilai Rp 30 miliar. (eca/cal)



Post Date : 13 Januari 2008