Resapan Air di Jabodetabek Harus Optimal

Sumber:Kompas - 07 Februari 2007
Kategori:Banjir di Jakarta
Jakarta, kompas - Pengendalian banjir di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau Jabodetabek tidak bisa semata-mata mengandalkan kanal atau sungai. Pemerintah daerah di Jabodetabek perlu mendukung berbagai upaya untuk mengoptimalkan resapan air ke dalam tanah.

Di setiap daerah juga perlu dibuat waduk-waduk (situ) untuk menampung air hujan. Dengan demikian air hujan tidak semuanya jatuh ke sungai yang bisa meluap jika volume air melampau daya dukungnya.

Pitoyo Subandrio, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) Departemen Pekerjaan Umum, Selasa (6/2), menjelaskan, air yang tercurah ke tanah bisa menjadi cadangan air tanah sehingga tidak terjadi kekeringan saat musim kemarau. "Daya tampung kanal itu terbatas. Yang didorong, bagaimana membuat bumi ini kenyang dulu dengan air, kelebihannya baru dibuang ke sungai," katanya.

Namun, upaya mengendalikan dan memanfaatkan sumber daya air (SDA) sungai-sungai di Jabodetabek justru terkendala beragam kebijakan yang bertentangan dengan konservasi SDA. Kondisi sungai juga tidak bagus akibat sedimentasi dan penyempitan lahan karena bangunan.

Selain itu, banyak situ yang berfungsi sebagai daerah resapan air di daerah tersebut berkurang atau hilang karena dialihfungsikan menjadi perumahan.

Hal senada dikemukakan Agung Djuhartono, Pejabat Pembuat Komitmen Pengembangan dan Konservasi Sumber Daya Air BBWSCC. Pemerintah harus mengajak masyarakat membuat sumur resapan di kawasan perumahan. "Pengembang-pengembang perumahan seharusnya diwajibkan untuk membuat sumur resapan ini. Ini tidak sulit. Tinggal bagaimana aturan itu dilaksanakan untuk kebaikan semua," ujarnya.

Sumur resapan merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan dan menyimpan air hujan. Dengan menampung air hujan, suplai air tanah akan semakin besar dan bisa menambah jumlah cadangan.

Sumur resapan juga berfungsi sebagai pengganti lahan terbuka di daerah tangkapan air yang telah dikonversi menjadi perumahan. Laju pertumbuhan kawasan yang begitu cepat, baik di daerah tangkapan air maupun perkotaan, perlu diimbangi dengan konservasi air. (ELN)



Post Date : 07 Februari 2007