Resapan Air Menipis Sebabkan Banjir Di Kalsel, Kerusakan Hutan Cukup Tinggi

Sumber:Kompas - 28 Juli 2004
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
BANJARMASIN (Media): Areal resapan air (catchment area) yang semakin menipis di kawasan pegunungan Meratus diduga menjadi penyebab utama bencana banjir di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Sonny Partono kepada Media, kemarin mengatakan selama ini kawasan hutan pegunungan Meratus menjadi areal tangkapan air dari arah hulu.

Namun, lanjut Sonny, areal itu semakin menipis akibat menurunnya luas hutan. Hal ini terjadi akibat pembabatan hutan dan pertambangan. "Kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan itu tak dapat dimungkiri hingga kini masih berlangsung," tuturnya.

Setiap tahun kerusakan hutan di Kalsel cukup tinggi. Tercatat areal lahan kritis di daerah ini mencapai 600.000 hektare (ha), sedangkan luas potensi hutan Kalsel seluas 1,2 juta ha, letaknya terpencar-pencar.

Selain itu, jelas Sonny, bencana banjir juga disebabkan tingginya curah hujan dalam beberapa pekan terakhir di wilayah hulu dan dataran tinggi, sehingga air yang turun tidak dapat dibendung, menyebabkan meluapnya sungai di sekitarnya dan mengancam permukiman warga.

Namun, menurut Sonny, benar tidaknya penyebab bencana banjir berasal dari kerusakan hutan masih perlu diteliti kembali. Tetapi, kata Sonny, kondisi hutan Kalsel secara keseluruhan tidak mampu lagi menopang curah hujan tinggi.

Menurut Sonny, solusi jangka panjang untuk mengembalikan areal resapan adalah melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. "Melihat kondisi hutan kita yang sedemikian parah, tidak ada jalan lain bagi kita kecuali mengembalikan kondisi hutan dan lahan dengan kegiatan rehabilitasi."

Mulai surut

Sementara itu, kondisi banjir yang sebelumnya cukup parah terjadi di Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu, berangsur-angsur surut. Karena dalam dua hari ini hujan tidak turun. Sebagian dari 1.184 warga korban banjir di Desa Asam-asam telah kembali ke rumah mereka dan memperbaiki berbagai kerusakan akibat banjir, sedangkan sisanya masih mengungsi.

Tetapi di Kecamatan Satui meluapnya air Sungai Satui hingga hampir menenggelamkan permukiman penduduk, banjir belum surut. Saat ini ketinggian air mencapai 1,5 meter. Sebanyak 3.000 keluarga di enam desa di Kecamatan Satui masih dilanda banjir. Desa tersebut, yakni Sungai Danau, Satui Timur, Satui Barat, Jombang, Sekapuk, dan Bukit Barat.

Berkaitan dengan bencana banjir ini, Sekretaris Satuan Koordinasi dan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satkorlak PBP) Kalsel, Noor Fauzie Ibrahim mengakui bencana banjir yang melanda Kalsel kali ini di luar dugaan. Karena itu, pihaknya sempat bingung untuk melakukan langkah penanggulangan. Selain tidak siap, Fauzie juga mengeluhkan lemahnya koordinasi satkorlak dan pemerintah kabupaten (pemkab) dalam melaporkan bencana ini.

Sementara itu, aksi penggundulan hutan dan rusaknya lingkungan hidup mengakibatkan sedikitnya 9.000 ha lahan di sembilan desa di Kabupaten Batang, Jawa Tengah rawan longsor pada musim penghujan.

Data diperoleh Media dari Bagian Lingkungan Hidup Kabupaten Batang, kemarin, menyebutkan sembilan desa yang rawan bencana tanah longsor, yakni Desa Sumur Banger, Wonokerto, Kemusu, Mojotengah, Lobang, Blado, Bandar, Reban, dan Bawang.

Karena itu, Kepala Bagian Lingkungan Hidup Kabupaten Batang Agus Riyadi mengimbau warga di sembilan desa itu agar waspada memasuki musim penghujan. (DY/AS/N-3)

Post Date : 28 Juli 2004