Ribuan Ha Tanaman Padi Terendam Banjir

Sumber:Media Indonesia - 12 Maret 2004
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
SERANG (Media): Ribuan hektare (ha) areal tanaman padi di wilayah selatan Provinsi Banten hingga kemarin masih terendam banjir. Guyuran hujan yang terus-menerus selama sepekan terakhir juga mengakibatkan ribuan rumah penduduk tergenang air.

Selain tanaman padi, sejumlah areal tanaman palawija dan sayuran juga terendam. Bahkan ratusan ha tambak udang musnah akibat banjir.

Di Kecamatan Malimping, Kabupaten Lebak, Banten Selatan (sekitar 120 kilometer sebelah selatan Kota Serang, ibu kota Provinsi Banten), bencana banjir melanda enam desa yakni Cipedang, Sukatani, Wannasallam, Cisarap, Bolang, dan Desa Malimping Selatan.

Ketinggian air di wilayah itu antara 50 sentimeter hingga 1,5 meter. Banjir paling parah terjadi di Desa Cipedang.

Camat Malimping Dedi Lukman menyebutkan, banjir terjadi setelah wilayahnya diguyur hujan terus-menerus sejak Jumat (5/3) pekan lalu. Menurutnya, banjir rutin tahunan itu tergolong kecil jika dibandingkan banjir yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

Namun, katanya, karena bencana itu bertepatan dengan musim panen, kerugian yang dialami warganya jauh lebih besar. Ia menambahkan, jika banjir tidak segera surut, dikhawatirkan seluruh areal tanaman padi yang tergenang air akan gagal panen.

Banjir yang terjadi akibat meluapnya Sungai Ciliman, Cisata, dan Cilemer kembali melanda berbagai desa, terutama yang terletak di sekitar daerah aliran sungai (DAS) di Kecamatan Patia dan Pegelaran, Kabupaten Pandeglang. Ribuan hektare tanaman padi dan ribuan rumah penduduk di wilayah ini, kemarin, masih terendam banjir.

Di Kecamatan Patia, Kabupaten Pandeglang, meluapnya Sungai Ciliman dan Sungai Cilemer mengakibatkan belasan desa terendam. Desa yang terendam adalah Karyasari, Perdana, Sukaresmi, Idaman, Cimoyan, Ciawi, Suryaneun, Rahayu, Bungur, Babakan Keusik, Waru, dan Desa Cikuya.

Namun yang paling parah terjadi di Desa Idaman dan Desa Rahayu dengan ketinggian air mencapai 2,35 meter, sehingga sebagian besar warga harus mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Abdul Latif, 35, warga Kampung Cililitan, Desa Rahayu, mengatakan, ketinggian air di desanya mencapai dua meter lebih dan merendam sekitar 250 rumah warga. ''Di rumah panggung saja banjirnya setinggi lutut orang dewasa. Warga Idaman mulai tidur di atas loteng rumah yang sengaja dibangun untuk mengantisipasi banjir,'' katanya.

Menurut Latif, banjir kali ini datang menjelang panen raya yang tinggal beberapa hari lagi. Akibatnya padi yang siap panen tidak terselamatkan. Bahkan, di beberapa tempat, padi yang baru dipanen hanyut terbawa banjir.

Permukaan air, kata Latif, dalam sepekan terakhir terus naik sekitar 30 sentimeter setiap hari dan daerah genangan semakin luas. Karena ketinggian air sungai terus naik, daerah genangan di Kecamatan Patia yang merupakan dataran rendah semakin luas.

''Umumnya masyarakat pasrah karena sudah tahu, pada November hingga April setiap tahun air sungai naik,'' katanya.

Namun, tambahnya, akhir-akhir ini kondisi ketiga sungai itu sulit diduga. Kadang air naik dengan cepat, tetapi juga surut cepat. Warna air semakin keruh, kuning kecokelatan.

Di Kecamatan Pagelaran yang bertetangga dengan Kecamatan Patia, tercatat sembilan desa yang dilanda banjir, yakni Desa Sukadame, Pagelaran, Tegalpapak, Bulagor, Margagiri, Surakarta, Bama, Margasana, dan Kartasana.

Banjir paling parah terjadi di empat desa, yaitu Desa Sukadame, Pagelaran, Tegalpapak, dan Bulagor. Ketinggian genangan air rata-rata mencapai satu meter dan merendam 1.400 ha sawah siap panen.

Sedangkan bencana banjir di wilayah pantai utara (pantura) Provinsi Jawa Barat (Jabar) pada Februari lalu mengakibatkan tanaman padi milik petani seluas 17.492 ha puso. Tanaman padi yang puso itu tersebar di 17 kabupaten dan kota.

Sedangkan tanaman padi yang rusak akibat banjir yang melanda 141 kecamatan mencapai luas 87.104 ha. Menurut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jabar Daddy Muljadi kepada Antara di Bandung kemarin, wilayah yang tanaman padinya mengalami kerusakan paling luas adalah Kabupaten Karawang, yaitu mencapai 28.408 ha.

Sementara di Kabupaten Indramayu 25.864 ha, Bekasi 16.826 ha, dan Kabupaten Subang 9.251 ha. (BV/N-2)

Post Date : 12 Maret 2004