Ribuan Hektare Pohon Padi di 15 Desa Terancam Puso, Akibat Jebolnya Tanggul Pangaritan Makin Meluas

Sumber:Pikiran Rakyat - 24 Januari 2005
Kategori:Drainase
SUBANG, (PR).- Jebolnya tanggul Pangaritan yang terjadi di Desa Anggasari Kecamatan Legonkulon Subang, tidak hanya merendam sawah yang ada di sekitarnya tapi meluas ke sejumlah sawah yang ada di beberapa kecamatan dengan tingkat kerugian yang berbeda. Kondisi itu menyebabkan ribuan hektaree (ha) sawah yang sudah ditanami padi dipastikan bakal mengalami puso.

Berdasarkan informasi yang dihimpun PR, musibah banjir yang menggenangi ribuan hektare sawah yang sedang ditumbuhi tanaman padi itu terjadi di 7 desa Kecamatan Pusakanegara, tujuh desa di Kecamatan Legonkulon dan 2 desa di Kecamatan Patokbeusi. Lokasi banjir di beberapa desa tiga kecamatan itu yang paling parah terjadi di Kecamatan Pusakanegara dengan jumlah areal sawah yang dipastikan puso mencapai areal 1.032 ha.

Sementara di Kecamatan Legonkulon seluas 481 ha, di Kecamatan Patokbeusi hanya 20 ha. Jumlah luas areal pesawahan yang digenangi banjir itu kemungkinan akan bertambah karena guyuran air di musim penghujan yang tiap harinya terjadi ini belum terlihat ada tanda tanda akan berhenti.

Kepala Sub Dinas (Kasubdin) Sumber Daya Alam (SDA) dan Perlintan Dinas Pertanian Tanaman Pangan (Disperta) Kab Subang, Agus Taruna melalui Ir. Hendrawan yang menjabat sebagai Kepala Seksi (Kasie) SDA ketika dihubungi, Minggu (23/1) mengatakan daya tampung saluran untuk membuang air hujan itu ke laut sangat kurang menguntungkan.

Hendrawan menjelaskan, usia tanaman padi di areal pesawahan yang mengalami musibah kebanjiran itu kebanyakan sedang dalam masa persemaian atau sedang berusia antara 1 sampai 15 hari. Kecuali usia tanaman yang berada di lima desa di Kecamatan Pusakanegara masing-masing Desa Patimban, Rancadaka, Kalentambo, Pusakanegara, Pusakajaya dan Kebondanas yang berjumlah 957 ha sedang menunggu panen karena sudah berusia tiga bulan.

Di lokasi pesawahan desa desa Kecamatan Pusakanegara tadi, kemungkinan besar tanaman padinya akan puso jika genangan air hingga dua hari mendatang tidak menyusut, ujarnya.

Ditambahkannya, musibah bencana banjir yang menggenangi areal pesawahan khususnya di Kecamatan Legonkulon selain karena diakibatkan oleh volume guyuran air hujan yang tiap harinya terjadi, juga diakibatkan oleh jebolnya tanggul Pangaritan.

Diinventarisasi

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Subang, Ir. Maman Abdurachman yang dihubungi mengaku sedang terus menginventarisasi luas areal musibah beserta para camat setempat hingga menunggu air surut. Dengan musibah yang menimpa petani di wilayahnya itu kata Maman Abdurachman, pihaknya akan memberikan bantuan kepada para petani berupa benih.

Dikatakannya, musibah petani itu tidak terlepas dari kurang disiplinnya petani terhadap jadual tanam yang seharusnya dilakukan sesuai teknis yakni Februari mendatang.

Yang lebih penting musibah banjir itu diakibatkan oleh terjadinya pendangkalan sungai hingga mengakibatkan meluapnya air jika tiap kali musim penghujan tiba. Dengan musibah banjir yang tiap tahunnya terjadi ini, kami mengharapkan pihak pemerintah pusat maupun Pemprov Jabar melalui Bupati Subang untuk memberikan bantuan sarana peralatan mesin beko untuk menormalisasikan saluran. Dan kepada masyarakat agar budaya gerakan gotong royong yang terus di de-ngung dengungkan pak bupati agar senantiasa terus ditingkatkan karena untuk kepentingan kita semua, harap Kadis Pertanian Kab. Su-bang. Seperti diberitakan harian ini, akibat hujan deras dan debit air yang tinggi menyebabkan jebolnya tanggul di Anggasari.

Tewas

Sementara itu, Dasim (48) warga Kampung Sarinem Desa Sadarwarna Kecamatan Cibogo Subang yang hanyut terbawa arus Sungai Cipunagara ditemukan telah menjadi mayat di daerah Balaraja, Kecamatan Cihaurgeulis, Indramayu, Sabtu (22/1) petang. Korban yang tinggal di seberang Sungai Cipunagara terbawa hanyut pada Kamis (20/1) akibat terpeleset saat meniti jembatan yang terbuat dari bambu.

Keterangan yang berhasil dihimpun "PR", terjerembabnya korban yang sehari-hari berprofesi sebagai buruh bermula saat menyebrang Sungai Cipunagara yang mengalir di sekitar tempat tinggalnya di Desa Sadarwarna. Korban yang mantan Ketua RW di kampungnya itu tinggal di kawasan yang berada di seberang sungai otomatis harus harus menyeberang sungai saat pergi mancari nafkah.

Ceritanya, sore itu (Kamis, 20/1) sekira pukul 17.00 WIB korban hendak pulang ke rumahnya di Kampung Sarinem, Desa Sadarwarna usai bekerja serabut mencari nafkah. Pada siang harinya terjadi hujan deras yang mengguyur Kecamatan Cibogo dan sekitarnya serta di daerah hilir sungai Cipunegara di Subang bagian selatan rupanya tidak disadari korban sehingga pijakan jembatan yang terbuat dari kayu menjadi licin.

Saat meniti jembatan yang terbuat dari bambu itu korban terpeleset dan terbawa hanyut arus sungai Cipunagara yang tengah membesar itu. Peristiwa yang menewaskan korban itu disaksikan sejumlah warga yang mempunyai tujuan yang sama menyebrang sungai. Namun mereka (warga-Red) saat kejadian berada di seberang sungai sehingga melihat dengan jelas ketika korban berteriak minta tolong.

"Warga yang melihat kejadian berusaha melakukan pertolongan dengan cara mengejar korban yang terseret arus namun rupanya air lebih cepat membawa korban," ujar petugas Polsek Cibogo menirukan pengakuan sejumlah warga yang sudah dimintai keterangan oleh polisi.

Kapolsek Cibogo AKP Djunaedi Umar ketika dihubungi, Minggu (23/1) membenarkan kasus tersebut. (A-86)

Post Date : 24 Januari 2005