Ribuan Hektare Sawah Sultra Terendam Banjir

Sumber:Jurnal Nasional - 10 Juli 2012
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

RIBUAN hektare persawahan di Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra), terendam banjir setelah hujan terus-menerus mengguyur wilayah ini selama tiga hari.

Wilayah terparah yang dilanda banjir tersebut tersebar di lima desa di Kecamatan Asera. Banjir itu membuat padi rusak. Bahkan, padi yang sudah dipanen ikut terendam karena belum sempat diangkut.

“Gabah kami sekarang menghitam. Kalau tidak segera dijemur itu akan rusak. Sementara hujan belum berhenti,‘ keluh seorang warga yang sawahnya menjadi korban banjir, Jumardin, Senin (9/7).

Sementara rekannya yang lain, ada yang bibit padinya ikut terbawa banjir sehingga mereka batal untuk menanam. Bibit padi yang hanyut itu mencakup luasan puluhan hektare.

Selain kawasan persawahan, lokasi pertanian lainnya seperti perkebunan dan perladangan ikut terendam banjir. Tanaman sayur-mayur, kacang-kacangan, dan tanaman hortikultura lainnya juga ikut tergenang. Bahkan, puluhan rumah warga ikut terendam.

Menurut Jumardin, daerah ini memang langganan banjir setiap tahunnya. Namun, dari waktu ke waktu intensitas banjir meningkat, volume banjir pun mulai berubah. Kalau dulu masyarakat telah mengetahui kapan datangnya banjir tapi saat ini masyarakat sering dikagetkan oleh banjir. Bahkan sepengetahuan masyarakat Asera selama ini mereka baru mengalami dua kali banjir bandang yang luar biasa.

Banjir bandang yang pertama terjadi pada tahun 1996. Banjir ini menyebabkan jalur transportasi masyarakat terputus disebabkan karena satu-satunya jembatan permanen bernilai miliaran rupiah ikut terbawa arus.

Sedangkan banjir bandang yang kedua terjadi pada bulan Juni 2006. Setidaknya 97 unit rumah ambruk, 64 rumah hanyut yang mengakibatkan 485 warga kehilangan tempat tinggal serta beberapa fasilitas umum, seperti kantor pemerintahan dan pelayanan publik tak bisa digunakan lagi.

Beberapa lembaga lingkungan menyimpulkan bahwa banjir yang terjadi di Kecamatan Asera lebih disebabkan karena tingkat deforestasi (laju kerusakan hutan) yang sangat tinggi yang dilakoni oleh pemilik hak pengelolaan hutan (HPH), maraknya pembukaan hutan untuk lahan perkebunan kelapa sawit dan tambang.

Dalam kondisi terakhir ini, Konawe Utara merupakan kawasan tambang yang dikelola dengan sangat semrawut dan menciptakan banyak konflik baik antara masyarakat dengan pengusaha tambang maupun sesama investor tambang itu sendiri karena saling klaim lahan konsesi. Andi Syahrir



Post Date : 10 Juli 2012