Ribuan Rumah Terendam

Sumber:Koran Sindo - 07 Nopember 2011
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
MANDAILING NATAL – Hujan deras yang turun beberapa hari ini mengakibatkan ribuan rumah di tiga desa di Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) terendam banjir. 
 
Banjir juga merendam beberapa bagian Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) sehingga memutus jalur transportasi ke Natal, Tabuyung dan Singkuang.Warga harus menggunakan perahu untuk mengangkut sepeda motornya. Kendaraan berat juga dipakai untuk menarik mobil. Ketiga desa yang terendam banjir adalah Patiluban Hilir, Simpang Balimbing dan Kampung Sawah. Sampai kemarin, tinggi air di badan jalan mencapai dada orang dewasa.Banjir juga merendam areal persawahan hingga mengancam gagal panen. 
 
Menurut Amir Hamzah, 28, warga Desa Patiluban, banjir telah menggenangi permukiman warga sejak dua hari lalu. Warga yang ingin melintas di kawasan tersebut harus menggunakan perahu karena tidak bisa dilewati kendaraan roda dua dan empat.Bagi pemilik sepeda motor yang ingin kendaraannya diangkut dengan perahu, dikenakan biaya Rp35.000. “Penyebab banjir karena hujan deras sejak beberapa hari yang lalu sehingga air Sungai Batang Natal meluap dan menggenangi permukiman penduduk,”ujarnya. 
 
Banjir seperti ini, kata dia, hampir setiap tahun, namun banjir yang saat ini terbesar hingga menyebabkan kendaraan tidak bisa lewat.Dia meminta kepada pemerintah agar memberikan perbaikan, karena masyarakat di daerah itu selalu dilanda banjir. Lain lagi pengakuan Rimbun, salah seorang sopir taksi antarkota dalam provinsi. Sudah dua hari ini dia tidak bisa mengangkut penumpang karena mobilnya tidak bisa melintas daerah tersebut. “Susah lewat, airnya sangat tinggi hingga mencapai dada orang dewasa,” katanya kepada SINDO ketika dihubungi melalui telepon selular kemarin. 
 
Untuk bisa melewati lokasi banjir, mobil Mitshubisi L-300 yang dikemudikannya harus ditarikmobilberukuranbesar. Tentunya dia harus membayar biaya penarikan,yakni Rp30.000. Kepala Bagian (Kabag) Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madina Taufik Lubis mengatakan, berdasarkan informasi yang diperolehnya dari camat setempat, banjir disebabkan meluapnya air Sungai Batang Natal.
 
“Badan jalan lebih rendah daripada sungai sehingga air cepat meluap ke rumah penduduk dan badan jalan,” paparnya. Pemkab sudah memerintahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk memantau perkembangan banjir sehingga apabila terjadi kemungkinan terburuk dapat segera diantisipasi. “Pemerintah setempat juga sudah mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, mengingat hujan masih terus turun,”imbuhnya. 
 
Menurut dia,Pemkab Madina sudah berulang-ulang meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut meningkatkan tinggi jalan,namun hingga saat ini belum ada realisasinya. Selain itu,Pemprov juga tidak pernah membuat beronjong di pinggir sungai sehingga air mudah meluap ke badan jalan. “Saya berharap Pemprov Sumut memerhatikan kondisi Madina yang sering dilanda bencana,”tandas Taufik. 
 
Anggota DPRD Madina Arsidin Batubara juga mengungkapkan badan jalan yang digenangi banjir tersebut berstatus jalan provinsi. Namun, pemprov sendiri kurang memerhatikan infrastruktur yang menjadi tanggung jawabnya. 
 
Ratusan Rumah Terendam, 3 Kapal Tenggelam 
 
Bencana banjir juga melanda KabupatenTapanuliTengah (Tapteng).Ratusan rumah penduduk di Desa Pasar Tarandam, Kelurahan Padangmasiang, Kecamatan Barus, terendam banjir dan tiga kapal nelayan tenggelam akibat meluapnya Sungai Aek Sirahar kemarin. Tidak ada korban jiwa,namun kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Pantauan SINDO, selain rumah- rumah penduduk, sejumlah fasilitas pemerintah,seperti gedung sekolah,Asrama Koramil 01 Barus,Tempat Pelelangan ikan (TPI), Asrama Polsek Barus,Pos Angkatan Laut (AL) Barus turut terendam. 
 
Camat Barus Safwan Pohan mengatakan, banjir dan luapan air ini terjadi akibat jebolnya tanggul Sungai Aek Sirahar. “Kita berharap tanggul yang jebol diperbaiki segera,”katanya. Kepala Desa Pasar Tarandam, Kelurahan Padangmasing, Kecamatan Barus,M Taher Siregar mengatakan, banjir kerap terjadi setiap hujan turun.“Dalam hitungan jam saja hujan turun, Sungai Aek Sirahar akan banjir dan meluap lalu merendam rumah warga,”ucapnya. 
 
Menurut dia, setahun lalu, tepatnya April 2010,Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana Alam (BNPB) Pusat Jakarta Medi Herianto pernah meninjau kondisi Sungai Aek Sirahar, mulai dari Desa Aek Dakka, Kampung Mudik,Bunga Tanjung, Ujung Batu,Kinali Padang Masiang dan Pasar Terandam. Saat itu Medi mengaku sangat prihatin melihat kondisi permukiman dan tebing Sungai Aek Sirahar yang rusak parah karena terjangan luapan air sungai. 
 
Sementara terkait bencana itu,Kepala Bagian (Kabag) Humas Pemkab Tapteng Iwan RM Sinaga mengatakan,setelah turun dan melihat lokasi itu, Bupati Raja Bonaran Situmeang secepatnya mengusulkan pembangunan tanggul kepada pemerintah pusat agar banjir tidak terulang lagi. 
 
Longsor Rusak Rumah di Humbahas 
 
Satu unit rumah rusak parah akibat longsor yang terjadi di Tambok Bolon,Desa Bonan Dolok I, Kecamatan, Sijamapolang, Humbang Hasundutan (Humbahas), Sabtu (5/11) lalu. Longsoran selebar 15 meter juga sempat menutup akses jalan. Longsor ini tidak sampai merenggut korban jiwa,termasuk pemilik rumah,Jonpermin Simamora, 40. “Sejauh ini korban dan keluarganya sudah kami evakuasi ke rumah orang tuanya, yang tidak begitu jauh dari lokasi longsor.Namun, rasa trauma warga masih ada sedikit,” kata Camat Sijamapolang L Parhusip kemarin. 
 
Peristiwa longsor ini diperkirakan akibat hujan yang terus mengguyur Sijamapolang dalam sepekan terakhir. Bahkan, hingga kemarin hujan dengan curahrendahmasihterusterjadi. Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan Hendra Suwarta mengatakan, pada November hingga Januari 2012 potensi banjir lebih berpeluang terjadi di wilayah Sumut. Diperkirakan intensitas hujan cukup tinggi, yaitu 250- 500 milimeter membuat daya serap air menjadi berkurang. 
 
“Memang puncak hujan Oktober, tapi potensi banjir ini bukan karena curah hujan yang tinggi,tetapi juga daya serap air yang berkurang. Jadi,memang masyarakat, khususnya yang bermukim di daerah sekitar aliran sungai harus berhati-hati karena air sungai sewaktuwaktu bisa meluap,”katanya. zia ul haq nasution, jonny simatupang, baringin lumban gaol, eko agustyo fb,fakhrur rozi 


Post Date : 07 November 2011