|
Samarinda, Kompas - Ribuan rumah warga di Samarinda, Kalimantan Timur, dilanda banjir, Selasa (20/4). Sementara ratusan warga yang kesal karena rumahnya kebanjiran berunjuk rasa dan memblokir jalan minta Pemerintah Kota Samarinda untuk segera bertindak menanggulangi banjir. "Sudah berkali-kali rumah kami kebanjiran, tapi pemerintah tidak bertindak apa-apa. Kami akan memblokir jalan hingga wali kota datang ke sini," kata warga Kelurahan Air Hitam yang berunjuk rasa. Di kelurahan ini, sebanyak 12 rukun tetangga (RT) dengan penduduk sekitar 1.000 keluarga rumahnya dilanda air hingga ketinggian sekitar satu meter. Warga yang kesal karena selalu kebanjiran itu memblokir jalan meminta kepada wali kota untuk datang meninjau tempat banjir. Kendaraan yang mencoba melintas jalan yang banjir itu diberhentikan warga dan diminta memutar. Jalan baru dibuka kembali dan warga mengakhiri unjuk rasa setelah Wakil Wali Kota Samarinda Syahari Jaang datang. Warga yang kesal sempat memukuli seng yang digunakan untuk memblokir jalan dan menyoraki Jaang. Menurut penuturan warga, banjir besar di perumahan mereka terjadi sejak adanya pemotongan bukit di sekitar perumahan warga. "Sejak 22 tahun lalu, setelah adanya pemangkasan bukit, baru kali ini terjadi banjir besar seperti ini," kata Rustam, Lurah Air Hitam. Warga lainnya menuturkan, mereka kesal karena selama satu minggu terakhir sudah empat kali rumah mereka kebanjiran. Mulyadi, warga RT 10, mengatakan, air yang menggenangi rumah warga tersebut juga bercampur lumpur. "Pokoknya, setiap kali hujan pasti banjir, baru saja rumah dibersihkan sudah kebanjiran lagi. Banyak peralatan elektronik kami, seperti kulkas, yang rusak karena terkena banjir," ujar Mulyadi. Pemangkasan bukit Syahari Jaang mengatakan, pemangkasan bukit oleh pengembang perumahan yang diadukan warga sebagai penyebab banjir masih akan diteliti. "Jika mereka terbukti melanggar peruntukan lahan, tidak menutup kemungkinan kegiatan pengembang itu akan dihentikan," kata Syahari Jaang. Syahari Jaang juga menjanjikan kepada warga untuk segera merealisasikan pembangunan penampung air untuk menanggulangi banjir. Selain di Kelurahan Air Hitam, banjir juga melanda ratusan rumah lain di sejumlah daerah, seperti Kelurahan Air Putih, Sungai Pinang Dalam, Sempaja, Jalan Sentosa, Remaja, Vorfoo, dan sejumlah daerah lain. Bahkan, di Jalan Suryanata, Kelurahan Air Putih, ketinggian air mencapai dada orang dewasa atau 1,3 meter lebih. Sejumlah ruas jalan yang tergenang air di Kota Samarinda menimbulkan kemacetan. Yanto, warga Jalan Belimbing VIII, Kelurahan Air Hitam, mengaku kesal karena dua bulan ini banjir terjadi berkali-kali. "Dua minggu lalu, tiga hari berturut-turut banjir, minggu kemarin banjir juga. Sekarang belum hilang capek saya, sudah banjir besar begini. Dulu memang ada banjir, tapi paling setinggi mata kaki dan setahun belum tentu sekali banjir," kata Yanto, yang tinggal di kawasan itu sejak tahun 1984. Hujan deras yang turun sejak Selasa dini hari membuat rumah sebagian warga Samarinda harus kembali dilanda banjir. Berbagai macam perabot rumah tangga, seperti sofa, tempat tidur, alat-alat elektronik, bahkan sepeda motor, diupayakan berada di tempat tinggi. Pemilik rumah mencoba menguras air yang masuk rumah. Selain itu, tidak sedikit warga yang berupaya mencegah agar air tidak masuk ke rumah mereka dengan memasang tanggul di depan pintu. Akan tetapi, tingginya genangan air membuat upaya warga itu sia-sia. Warga menuding pemangkasan kawasan perbukitan menjadi daerah perumahan adalah penyebab terjadinya banjir di sebagian kawasan Samarinda. Dari pantauan Kompas, di Samarinda marak terjadi pemangkasan bukit. Syahari Jaang mengakui, pemangkasan bukit menjadi perhatian pemerintah kota. Menurut Jaang, setiap pemangkasan bukit di Kota Samarinda untuk dijadikan kawasan perumahan harus disertai analisis mengenai dampak lingkungan (amdal). "Jika terbukti ada pengembang yang tidak mempunyai amdal dalam memangkas bukit, kegiatan mereka akan dihentikan," ujarnya. (ray) Post Date : 21 April 2004 |