Ribuan Warga Jakarta Mengungsi, Banjir Mencapai 2,65 Meter

Sumber:Suara Pembaruan - 31 Januari 2007
Kategori:Banjir di Jakarta
[JAKARTA] Sejumlah kawasan di wilayah DKI Jakarta sampai pukul 11.30 WIB, Rabu (31/1), masih tergenang akibat meluapnya Sungai Ciliwung pada Senin (29/1) malam dan guyuran hujan Selasa (30/1) malam hingga Rabu pagi. Wilayah paling parah di Kampung Melayu, Jakarta Timur, dengan ketinggian air mencapai 2,65 meter.

Sejumlah ruas jalan macet total karena banyaknya genangan. Kemacetan antara lain di Jalan Letjen Sutoyo, Cawang, Jalan DI Panjaitan, Jalan Kol Sugiono, Jalan Basuki Rahmat, dan Jalan Raya Bogor terutama di Pertigaan Hek.

Akibat banjir dan kemacetan ini peraturan 3 in 1 tidak diberlakukan, Rabu. Wali Kota Jakarta Timur Koesnan A Halim mengatakan, jumlah warga yang mengungsi 3.350 orang. Sebagian besar warga Bidara Cina, Kampung Melayu, serta Rawa Jati.

Sebagian besar penduduk di bantaran Sungai Ciliwung di Kampung Melayu belum biasa kembali ke rumahnya karena banjir belum surut. Permukiman RW 01 hingga RW 08, Kelurahan Kampung Melayu, terendam air antara 2 sampai 2,65 meter. Luapan Ciliwung itu juga merendam kawasan pemukiman di Kelurahan Cawang dan Kelurahan Rawa Jati, Kecamatan Pancoran.

Petugas Bagian Kesiagaan Satkorlak Pengendalian Banjir DKI, Asep mengatakan, kepada Pembaruan di Jakarta, Rabu pagi, diperkirakan untuk beberapa hari ke depan penduduk dua RW di Kelurahan Kampung Melayu masih harus tinggal di pengungsian.

"Banjir paling parah RW 03 Kelurahan Kampung Melayu, ketinggian air dari 60 sampai 265 cm," kata Asep.

Dikatakan, berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), cuaca Jakarta sepanjang hari ini mendung dan gerimis. Namun, akibat curah hujan yang cukup tinggi di wilayah Bogor, hulu Sungai Ciliwung, ketinggian permukaan air di Jakarta memasuki status siaga III.

Berdasarkan pengamatan di Bendungan Katulampa, ketinggian air 60 cm. Menurut Andi Sudirman, petugas di Bendungan Katulampa, Rabu pagi, belum ada tanda-tanda naiknya permukaan air secara ekstrem. Bahkan pada pukul 07.00 WIB ketinggian air 40 cm. Kemudian pukul 10.00 naik mencapai 60 cm. "Posisi tersebut masih jauh di bawah normal," ujar Andi.

Lebih lanjut Asep mengatakan, kondisi permukaan air di 12 pintu air di wilayah Jakarta secara umum berada di status siaga IV. Hanya di pintu air Cipinang Hulu, Pulo Gadung dan Karet, ketinggian air sudah mencapai status siaga III. Bahkan di pintu air Pasar Ikan, Jakarta Utara, ketinggian air sudah macuk status siaga II.

Ribuan Pengungsi

Kepala Dinas Tramtib dan Linmas DKI Jakarta Harianto Badjoeri mengatakan, sebanyak 3.350 warga bantaran Sungai Ciliwung mengungsi. Warga yang mengungsi itu, antara lain dari Pejaten Timur, Rawajati, Bidara Cina, dan Kampung Melayu. Warga Kampung Melayu mengungsi di SD Santa Maria Fatimah Jatinegara, Pos Kelurahan Kampung Melayu dan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Hermina. Jumlah warga yang mengungsi di ketiga lokasi itu mencapai 800 orang.

Kemudian 135 warga Bidara Cina mengungsi ke gedung Karang Taruna Tatana Krida. "Pengungsi terbanyak saat ini di Puskesmas Rawajati yang mencapai 2.490 orang," katanya.

Puncak Musim Hujan

Kepala Pusat Sistem Data dan Informasi Meteorologi BMG, Wasito Hadi, mengatakan, Rabu, sebagian wilayah Indonesia akan memasuki masa puncak musim hujan pada Februari. Curah hujan di beberapa wilayah diperkirakan mencapai 20 milimeter per jam. Tingginya curah hujan berpotensi mengakibatkan banjir atau longsor.

Dikemukakan, masa puncak ini sudah terlihat sejak akhir Januari dan diperkirakan berakhir akhir Februari. Oleh karena itu, perlu diwaspadai bencana yang mungkin terjadi.

"Khususnya di Pulau Jawa sangat berisiko karena kondisi lingkungannya sangat kritis," jelasnya.

Indikator rusaknya lingkungan di Jawa dapat dilihat dari catatan curah hujan dan jumlah kejadian bencana. "Pada 1970-an Jakarta pernah mengalami hujan dengan curah hujan mencapai 300 milimeter sehari. Saat itu tidak terjadi banjir, tapi sekarang hujan dengan kuantitas lebih kecil sudah cukup untuk membuat Jakarta kebanjiran. Ini salah satu indikator lingkungan sudah tidak memiliki daya dukung yang baik," jelasnya.

Mengenai angin puting beliung, menurut Wasito, frekuensi angin ini akan semakin menurun. "Jumlah kejadian diperkirakan menurun hingga masa puncak musim hujan. Tapi, bukan berarti tidak akan terjadi. Kemungkinan itu tetap ada. Kewaspadaan terhadap angin ini harus dijaga," ujarnya.

Angin yang berhubungan dengan penyebab gelombang laut diperkirakan masih cukup kuat. [HR/J-9/K-11/L-11]



Post Date : 31 Januari 2007