Rob di Jakarta Meluas

Sumber:Kompas - 05 Desember 2011
Kategori:Banjir di Jakarta

Jakarta, Kompas - Rob, banjir akibat limpasan pasang air laut yang menggenangi daratan, semakin mengancam Ibu Kota di bagian utara. Dari tahun ke tahun, air pasang meninggi, genangan meluas, dan permukaan tanah terus menurun. Apabila kondisi ini terus dibiarkan, banyak lokasi bisa tenggelam.

 
Pengamatan Kompas akhir tahun ini, air luapan pasang sudah melampaui tanggul laut dan merendam permukiman nelayan di Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara. Rob juga berlangsung berhari-hari. Sebelumnya, rob hanya bertahan satu hari.
 
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo sudah menyadari ancaman ini. Menurut dia, permukaan pasang air laut tertinggi tahun ini sudah lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
 
Normalnya, pasang air laut tertinggi hanya 2,2 meter, seperti terukur di Pasar Ikan, Sunda Kelapa. Namun, pasang air laut pada 25 November sudah mencapai 2,5 meter atau 30 sentimeter lebih tinggi sehingga rob menggenangi sejumlah lokasi, termasuk jalan arteri di Jakarta Utara dan Jakarta Barat selama hampir lima hari.
 
Hasil riset menguatkan
 
Fenomena ini juga dikuatkan Prof Dr Safwan Hadi, peneliti pada Pusat Studi Oseanografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung. Menurut dia, dari hasil pengukuran tahun 1925-2003, permukaan air laut Jakarta selalu naik setiap tahun. Kenaikannya rata-rata 0,5 sentimeter (cm) per tahun.
 
Sebaliknya, laju penurunan muka tanah Jakarta mencapai 5 cm hingga 12 cm per tahun di sejumlah titik selama tiga dekade terakhir. Kondisi itu yang menyebabkan akumulasi permukaan air laut yang menggenangi tanah Jakarta jadi lebih tinggi.
 
Penjelasan ahli geodesi ITB, Prof Dr Hasanuddin Z Abidin, lebih menguatkan lagi. Dari hasil penelitian yang dijalankan selama 1982-2010 dengan teknologi survei sifat datar (leveling survey) dan menggunakan alat global positioning system serta radar (Insar), Hasanuddin menemukan penurunan muka tanah tersebar di sejumlah tempat di Jakarta. Penurunannya bervariasi 1-15 cm per tahun. Bahkan, di beberapa lokasi terjadi penurunan 20-28 cm per tahun.
 
Kawasan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, adalah salah satu kawasan yang mengalami penurunan muka tanah cukup besar. Selama tiga dekade ini, beberapa daerah di Pluit mengalami penurunan tanah 1,8 meter hingga 3 meter.
 
Limpasan pasang air laut tertinggi pada 25 November, contohnya, merendam sebagian kompleks Pantai Mutiara. Meski kondisi itu bisa segera ditangani pihak pengembang, ketinggian rob di permukiman itu mencapai 80 cm.
 
Faktor penyebab
 
Berdasarkan pengamatan Hasanuddin, penurunan tanah di Jakarta terkait erat dengan keberadaan Jakarta sebagai ibu kota dan pusat aktivitas perekonomian. Gedung perkantoran, apartemen, hotel, mal, dan hunian memadati 90 persen permukaan Jakarta yang memiliki luas 660 kilometer persegi dengan penduduk 9,6 juta jiwa.
 
Kondisi itu tak hanya membuat ruang terbuka hijau semakin menyusut, tetapi juga secara bersamaan menyebabkan penyedotan air tanah besar-besaran akibat tingginya kebutuhan konsumsi air bersih.
 
Penyedotan air tanah yang demikian besar mengakibatkan lapisan tanah menurun. Tahun 2007, contohnya, terjadi penurunan air tanah sampai 5 meter di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
 
Penurunan lapisan tanah juga terjadi akibat beban bangunan serta pemadatan lapisan tanah yang terjadi secara alamiah.
 
Rob juga semakin parah akibat pendangkalan sungai yang banyak digunakan sebagai tempat pembuangan sampah.
 
Dampaknya sudah dirasakan warga di permukiman di RW 02 Kelurahan Pluit. Setiap hari, mereka harus bergantung pada pompa pengendali rob. Ketua Tim Banjir RW 02 Haryanto mengakui, tanpa pengoperasian pompa, permukiman di RW 02 akan tergenang karena air di selokan tak bisa mengalir ke Kali Adem karena terjadi pendangkalan sejak tahun 1998.
 
Teluk di pesisir utara Jakarta, menurut Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia Iman Soedradjat, tidak saja menjadi hilir dari 13 sungai yang melintasi Jabodetabek, tetapi juga sudah menjadi hilir dari aliran sampah atau limbah Jakarta dan sekitarnya.
 
Beban sampah yang ditanggung pantai utara Jakarta mencapai 494.612,17 ton per tahun. Masalah sampah ini memberi pengaruh besar. Sampah menyumbat saluran ataupun mendangkalkan kawasan parkir air laut saat pasang sehingga meningkatkan potensi genangan air pada saat pasang air laut dan hujan.
 
Hasanuddin cemas, jika kondisi ini terus dibiarkan, hal itu akan mengganggu kualitas hidup masyarakat di pesisir utara Jakarta. Setiap tahun, masyarakat di pesisir utara akan selalu menghadapi banjir dan rob.
 
”Penurunan tanah tidak serta-merta menyebabkan Jakarta akan tenggelam. Namun, dampaknya seperti banjir rob, menjadi seperti kanker yang setiap saat menggerogoti kehidupan warga di dalamnya,” tuturnya.
 
Penanganan
 
Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengakui, Jakarta menjadi semakin rawan rob karena daratannya cenderung turun akibat pengambilan air tanah secara besar-besaran. Pemanasan global juga memicu naiknya permukaan air laut. ”Jadi, kalau bicara Jakarta, daratannya turun, air lautnya naik,” kata Djoko.
 
Secara teori, Djoko menjelaskan, antisipasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi rob di Jakarta adalah sistem polder atau semacam tanggul. Wacana yang berkembang saat ini adalah membangun tanggul yang lokasinya agak menjorok ke laut atau disebut sea defense.
 
Tanggul tersebut pertama-tama berfungsi menahan gelombang laut yang akan masuk ke daratan. Tanggul itu sekaligus juga berfungsi membentuk danau di antara daratan dan laut.
 
”Dalam tanggul ada semacam danau. Awalnya airnya asin, tetapi pompa akan dipasang. Dari daratan, air buangan masuk ke situ lalu dipompa keluar sehingga lama-lama danau tersebut tidak akan asin. Saat air danau tidak lagi asin, selain berfungsi sebagai pengendali banjir, danau itu juga berfungsi sebagai penyedia air baku,” ujar Djoko.
 
Namun, wacana tersebut masih sebatas studi. Pada 2012, tak ada alokasi anggaran secara langsung untuk proyek tersebut.
 
Djoko belum dapat memastikan kapan pemerintah akan memutuskan jenis antisipasi yang akan dipilih untuk mengatasi persoalan rob di Jakarta.
 
Sementara itu, Gubernur DKI Fauzi Bowo optimistis. Menurut dia, pemerintah pusat sudah memberikan perhatian. Presiden dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana telah meminta Gubernur DKI segera menentukan langkah jangka pendek lima tahun ke depan.
 
Fauzi berpandangan, penanganan sementara waktu, yaitu tanggul laut setinggi 3 meter di pesisir utara Jakarta, juga dinilai sudah cukup memadai.
 
”Namun, belajar dari pasang air laut yang sudah mencapai 2,5 meter, kita harus memikirkan untuk menambah ketinggian tanggul itu,” ucapnya. (MDN/ARN/NEL/LAS)


Post Date : 05 Desember 2011