Rob Kali Ini Paling Lama

Sumber:Kompas - 29 November 2011
Kategori:Banjir di Jakarta
Jakarta, Kompas - Sudah empat hari terakhir, banjir rob akibat pasang air laut merendam permukiman di RW 1 dan RW 4, Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (28/11). Menurut sejumlah warga, banjir rob kali ini merupakan yang paling lama berlangsung sejak banjir besar tahun 2007. Biasanya, rob hanya terjadi satu hari dalam sebulan.
 
Pasang surut rob kali ini juga berubah dibandingkan dengan yang biasanya. Biasanya banjir rob datang pukul 15.00 dan surut dini hari pukul 03.00, tetapi sekarang mulai datang pukul 09.00 dan surut pukul 22.00. Adapun kedalaman banjir itu mulai dari sekitar 10 sentimeter hingga 80 sentimeter.
 
Nunung Warsono, Ketua RT 8 di RW 4 mengaku, meski warga sudah terbiasa menghadapi rob, rob kali ini cukup mengganggu karena berlangsung cukup lama. Aktivitas warga terhambat karena seluruh peralatan rumah tangga dan WC terendam. ”Saat membersihkan selokan agar banjir ini bisa segera mengalir, saya menemukan plastik berisi kotoran manusia. Ini berarti ada warga yang menghadapi kesulitan buang air,” tuturnya.
 
Banjir rob juga masih menggenangi sebagian ruas Jalan Danau Sunter Barat dan Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara, yang merupakan jalan vital bagi distribusi barang ekspor dan impor di Pelabuhan Tanjung Priok dan Merak.
 
Senin kemarin, terjadi antrean truk-truk trailer bersama kendaraan pribadi di ruas Jalan RE Martadinata sepanjang 100 meter. Antrean ini menyebabkan arus kendaraan terhambat. Beberapa pengendara sepeda motor juga terpaksa menuntun kendaraannya karena mesinnya mati akibat terendam banjir.
 
Sementara Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan, rob yang melanda kawasan pantai utara Jakara disebabkan beberapa hal. ”Dari hasil pantauan kami, banjir di kawasan elite Pantai Mutiara itu terjadi karena air gelombang tinggi masuk dari kavling-kavling yang masih belum terbangun,” kata Fauzi, di Balaikota, Jakarta, Senin (28/11).
 
Di Muara Karang, banjir rob terjadi karena air laut masuk melalui tanggul pekerjaan peninggian jembatan untuk PLN.
 
”Pekerjaan yang dilakukan rekanan PLN itu membuat tanggul jebol pada Jumat lalu. Namun, kini sudah ditutup sehingga air tidak masuk lagi,” ujar Fauzi.
 
Wakil Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Novizal mengatakan, warga di Pantai Mutiara sudah sepakat meninggikan sendiri tanggul di kawasan mereka. Saat ini tanggul yang ada setinggi 220 sentimeter, sedangkan tinggi gelombang pasang mencapai 230 sentimeter. ”Mereka akan meninggikan sendiri kekurangan yang 10 sentimeter itu,” kata Novizal.
 
Tahun 2012, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta juga akan menyelesaikan pembangunan tanggul di Marunda. Tanggul ini sebenarnya sudah direncanakan cukup lama, tetapi terkendala pembebasan tanah. Selain itu, juga akan dilakukan peninggian tanggul di kawasan Muara Baru setinggi 50 sentimeter.
 
”Tahun 2012, kami akan tuntaskan pembangunan dan peninggian tanggul di Jakarta. Yang bocor kami betulkan. Pokoknya tahun depan kami akan benahi tanggulnya. Diharapkan semuanya dapat selesai tahun depan sehingga kawasan utara Jakarta aman dari rob,” ujarnya.
 
Pertahanan pantai
 
Menurut Fauzi Bowo, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam waktu beberapa tahun mendatang masih akan mengandalkan tanggul sebagai pertahanan terhadap gelombang pasang yang kerap datang melanda pantai utara Jakarta. Hal ini disebabkan turunnya permukaan tanah yang cukup signifikan dan naiknya permukaan air laut akibat pemanasan global.
 
”Saat ini masih akan mengandalkan tanggul. Namun, ini hanya bisa sampai dua-tiga tahun. Maksimal lima tahun saja,” kata Fauzi Bowo.
 
Ke depan, Jakarta harus mempunyai solusi yang tepat untuk menguatkan ketahanan pantai Jakarta atau Jakarta coastal sea defence dalam bentuk giant sea wall (GSW/tanggul raksasa) yang terletak di Teluk Jakarta.
 
”Saat ini masih dilakukan kajian dan persiapan membuat masterplan GSW,” kata Fauzi.
 
Menangani banjir dan pasang surut air laut dengan GSW, menurut ahli oseanografi dari Institut Pertanian Bogor, Mulia Purba, malah bisa menimbulkan bencana bagi Jakarta. Sebab, berdirinya GSW itu akan mengubah keseimbangan pantai, yang bisa menyebabkan berubahnya arus sungai ke laut sehingga bisa menyebabkan erosi di hilir sungai.
 
Menurut Mulia, teknologi GSW memang berhasil di Belanda, dan begitu pula reklamasi di Singapura juga berhasil. Namun, itu karena didukung pemerintahan yang kuat untuk menjaga mulut muara dan alur sungai ke laut. Sebaliknya di Jakarta, belum ada satu pun sungainya yang sehat dan malah sungai masih menjadi tempat pembuangan sampah.
 
”Jika keseimbangan pantai ini akan tetap diubah, sementara sungai masih kotor, air di sungai akan meluap dan menyebabkan banjir di darat,” tuturnya.
 
Di Kelurahan Rawa Buaya, Jakarta Barat, sedikitnya 20.000 warga di dua RW terancam rob. Jalanan di RW 01 dan RW 02 tergenang rob 30-50 sentimeter.
 
”Jaraknya cukup jauh dari laut, tetapi karena daerahnya lebih rendah, rob sering menggenangi jalan di dua wilayah itu,” kata Lurah Rawa Buaya Iyan Sopian Hadi. (ARN/FRO/MDN)


Post Date : 29 November 2011