Rob Tahun Ini Tertinggi

Sumber:Koran Tempo - 11 Februari 2009
Kategori:Banjir di Jakarta

JAKARTA -- Banjir air pasang yang melanda warga pesisir utara Jakarta kali ini disebut-sebut sebagai yang tertinggi. "Tahun-tahun sebelumnya belum pernah setinggi itu. Paling cuma 2 meter," kata Tatang, 27 tahun, seorang warga Kalibaru Timur, Cilincing, Jakarta Utara, kemarin.

Gelombang setinggi 4 meter itu menghantam daratan hingga mengakibatkan rumah-rumah penduduk hancur dan terendam selama tiga hari. Parahnya bencana air pasang yang melanda kawasan tersebut pada Sabtu-Senin lalu itu juga diakui Atep Sukandar, 25 tahun, warga Kalibaru Barat. "Puncaknya terjadi pada Minggu lalu," ujar Atep.

Gelombang itu, menurut dia, bahkan sampai setinggi atap rumah yang berada sekitar 20 meter dari bibir pantai.

Akibat hantaman air pasang, kata Tatang, enam rumah penduduk di RT 09 RW 01 Kalibaru Timur, Cilincing, hancur dihantam gelombang. Puluhan rumah semipermanen di Kalibaru Selatan pun porak-poranda.

Para korban lalu mengungsi ke tempat sanak saudara terdekat. Menurut Ma'mur, 45 tahun, nelayan, warga korban rob telah menerima bantuan dari instansi terkait.

Jawatan Hidrologi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut memperkirakan puncak gelombang pasang laut yang bisa mengakibatkan banjir rob terjadi kemarin. Rob tersebut lebih tinggi dari hari-hari sebelumnya. "Ketinggian maksimal lebih dari 1 meter," kata Kepala Sub-Dinas Jawatan Hidrologi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut Kolonel Dede Yuliadi, Senin lalu.

Kemarin, air pasang sudah surut. Warga di pesisir yang umumnya bermata pencarian sebagai nelayan itu pun kembali melaut. Sedangkan kaum ibu tampak mengumpulkan kerang hijau dan menjemur ikan. "Baru sekarang (kemarin) ini aja mulai berani ke laut," kata Ma'mur.

Sejumlah warga mengatakan rob yang melanda daerahnya adalah fenomena biasa. Itu terjadi saat air laut pasang, sekitar Januari hingga Februari setiap tahunnya. Karena merasa telah terbiasa itulah, warga enggan mengungsi ke lokasi yang aman dari ancaman rob. Mereka beralasan tidak mampu pindah ke tempat yang lebih layak. "Lagi pula pekerjaan kami ini nelayan," kata Ma'mur. LIS YULIAWATI | AMIRULLAH



Post Date : 11 Februari 2009