Ruang Terbuka Sebaiknya 60 Persen

Sumber:Kompas - 14 Oktober 2009
Kategori:Lingkungan

Jakarta, Kompas - Mantan Presiden RI Bacharuddin Jusuf Habibie menyarankan kepada pemerintah kota di Indonesia agar menyediakan 60 persen lahannya untuk ruang terbuka hijau. Selain untuk menyerap polusi udara, ruang terbuka hijau juga untuk menjamin ketersediaan air baku bagi kota itu.

Dalam seminar ”Tantangan Perencanaan Perkotaan Masa Depan yang Berkelanjutan” di Kantor Departemen Pekerjaan Umum, Selasa (13/10), BJ Habibie mengatakan bahwa ruang terbuka hijau dapat berupa taman kota, tempat olahraga, tempat bermain, halaman perumahan, sampai kuburan. Penyediaan ruang terbuka hijau itu merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat.

Vegetasi di ruang terbuka hijau itu sangat berguna untuk menyaring air hujan yang masuk ke tanah. Di sisi lain, air permukaan juga lebih terjamin jika banyak tanaman dan ruang terbuka hijau di sebuah kota.

”Setiap kota harus dapat menyediakan pasokan air bersih bagi warganya secara mandiri. Pasokan air bersih secara mandiri dapat tersedia jika memiliki kawasan tangkapan air dan ruang terbuka hijau dengan luas yang memadai,” kata BJ Habibie.

BJ Habibie menceritakan, pada saat memimpin daerah Otorita Batam, dia mengalokasikan 60 persen lahannya untuk ruang terbuka hijau. Saat itu, Habibie ingin agar Batam dapat mandiri dalam menyediakan air bersih bagi warganya.

Penyediaan ruang terbuka hijau sampai 60 persen sangat diperlukan kota-kota di Jawa. Ruang terbuka hijau pada kota-kota di Jawa dinilai sangat minim sehingga tidak dapat menjadi kawasan tangkapan air yang memadai. Apabila terus dibiarkan, cadangan air kota akan menipis dan kehidupan warganya akan terganggu.

Dalam kesempatan terpisah, ahli hidrologi Universitas Indonesia, Firdaus Ali, setuju dengan ide kemandirian penyediaan air baku. Jakarta sebagai ibu kota negara ternyata tidak mandiri dalam penyediaan air baku.

Meskipun memiliki 13 sungai yang mengalir sepanjang tahun, Jakarta masih menggantungkan 97,5 persen pasokan air bakunya dari Waduk Jatiluhur. Jakarta tidak memiliki daerah tangkapan air yang luas dan tidak menyiapkan teknologi pengolahan air sungai yang memadai.

Air minum

Air minum, kata Habibie, menjadi bagian penting untuk menciptakan kehidupan kota yang berkelanjutan. Air minum harus tersedia bagi semua warga kota secara merata.

”Warga miskin juga harus dapat mengakses air bersih dengan harga yang murah. Jika perlu, ada subsidi silang dalam penyediaan air bersih, dengan mengondisikan warga menengah atas untuk membayar lebih mahal,” kata Habibie.

Selain memastikan ada pasokan air baku melalui ruang terbuka hijau, pemerintah kota juga harus menerapkan teknologi tepat guna untuk mengolah air limbah, baik limbah rumah tangga maupun limbah industri. Pencemaran tanah dan sungai harus dihindari agar airnya dapat diolah menjadi air minum.

Apabila perlu, kata Habibie, muara-muara sungai di Jawa dapat dibendung agar air tawar tidak langsung lari ke laut. Sistem ini membuat cadangan air tawar di Jawa dapat naik menjadi 30 miliar meter kubik per tahun.(ECA)



Post Date : 14 Oktober 2009