Saatnya Berdagang Karbon!

Sumber:Majalah Gatra - 12 Desember 2007
Kategori:Climate
Jerman menyediakan 2,6 milyar euro, dua kali lipat dari sebelumnya, untuk perlindungan iklim. Proyek-proyek adaptasi perubahan iklim dipastikan meningkatkan lapangan kerja. Jutaan dolar dikucurkan untuk negara berkembang.

Para ahli meteorologi dan perkumpulan ahli fisika Jerman pada 1987 melaporkan sinyalemen perkiraan bahaya dampak perubahan iklim global. Hanya tiga tahun berselang, parlemen Jerman memutuskan dilaksanakannya proyek pemangkasan secara bertahap emisi karbon dioksida (CO2) sebesar 25% hingga 2005. Kini Jerman menargetkan penurunan emisi sebesar 40% hingga tahun 2020.

Untuk mencapai target itu, Jerman berupaya sekuat tenaga menekan industri dan segala hal yang dinilai menghamburkan emisi. Negeri itu pun berusaha menghemat energi dan mengembangkan energi terbarukan.

Jerman tidak sekadar mengumbar wacana. Skema rencana keuangan negara berpenduduk sekitar 82 juta jiwa itu dirombak. Pada tahun anggaran 2008, sebesar 2,6 milyar euro dialokasikan untuk perlindungan iklim. Nilai ini dua kali lipat dari jatah keuangan sektor yang sama pada 2005.

Dalam kancah internasional, Jerman juga terdepan dalam kampanye perlindungan iklim, baik dalam keanggotaan Uni Eropa maupun Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun German Watch, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berbasis di Bonn dan Berlin, memublikasikan penelitian mereka dalam laporan CCPI (Climate Change Performance Index).

Pada CCPI 2007 disebutkan, Jerman hanya mampu menempati posisi kelima dalam pelaksanaan perlindungan iklim. Posisi pertama ditempati Swedia, kemudian diikuti oleh Inggris, Denmark, dan Malta.

Toh, persoalan lingkungan bukan untuk mencari pemenang. Melainkan menuntut keseriusan pemerintah dalam melaksanakan program kelestarian alam. Karena itu, jajaran Kementerian Lingkungan Hidup Jerman, yang dipimpin Sigmar Gabriel, sibuk mempersiapkan diri untuk pertemuan Bali. Namun ia masih sempat mengirim jawaban melalui surat elektronik atas pertanyaan yang diajukan wartawan Gatra di Jerman, Miranti Soetjipto Hirschmann. Berikut petikannya:

Apa target Pemerintah Jerman dalam Konferensi UNFCCC di Bali?

Jerman, seperti Uni Eropa, ingin mengadakan negosiasi komprehensif untuk mencapai kesepakatan iklim internasional pasca-2012. Kesepakatan ini diharapkan dapat membangun struktur keberhasilan Protokol Kyoto, yang seharusnya dapat dicapai pada 2009, sebelum bagian pertama periode perjanjian Protokol Kyoto berakhir. Negosiasi-negosiasi itu akan dipandu oleh ''pandangan bersama'' untuk mencapai hasil terbaik dari konferensi tersebut.

Uni Eropa sepakat untuk mencapai target 2 derajat celsius. Bila target ini dapat disetujui secara umum, emisi global dapat diturunkan sedikitnya 50% pada 2050 dibandingkan dengan keadaan 1990. Ada konsensus yang berkembang, antara lain kelompok mengenai empat hal utama pada kerangka pasca-2012. Mitigasi, adaptasi, teknologi, investasi, dan pembiayaan tampaknya menjadi prioritas tindakan di semua negara.

Berkenaan dengan mitigasi, negara-negara industrialis harus terus memimpin. Mereka sepatutnya dapat menentukan kesepakatan pemangkasan emisi pada kelompok Annex I pada tingkat penurunan 25%-40% tahun 2020 dibandingkan keadaan tahun 1990. Uni Eropa juga berniat mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 30% pada 2020 dibandingkan dengan keadaan tahun 1990. Dalam hal ini, Jerman akan melakukan penurunan sebesar 40%.

Pada perundingan nanti, Indonesia akan mengajukan skema reducing emission from deforestation and degradation (REDD). Bagaimana pandangan Anda tentang skema ini?

Kami amat gembira, negara berkembang telah mengambil sejumlah langkah penting dalam upaya menanggulangi perubahan iklim sejak di Montreal, dua tahun lalu. Sejauh ini, diskusi mengenai REDD berjalan dengan baik. Apalagi, banyak negara berkembang mengajukan proposal yang lebih spesifik.

Uni Eropa bermaksud menanggulangi emisi dari penebangan hutan di negara-negara berkembang. Dengan pendekatan yang tepat, hal ini dapat memberi masukan untuk mencapai tujuan utama konferensi iklim dan menghasilkan keuntungan bagi perlindungan keanekaragaman hayati serta manajemen kehutanan yang berkesinambungan.

Sebagai pemimpin G8, Jerman mengajukan sebuah pilot project melalui Bank Dunia, yang disebut ''Forest Carbon Partnership Facility''. Saya gembira melihat dukungan yang terus bertambah dan kemajuan yang dicapai atas inisiatif ini. Jerman akan menginvestasikan lebih dari US$ 50 juta pada pilot project itu.

Di Bali, kami perlu mendorong sebuah keputusan yang melibatkan kerangka kerja untuk mendukung berbagai terobosan pada saat ini. Selain itu, kami juga akan menjajaki bagaimana menanggulangi emisi dengan melestarikan hutan di negara-negara berkembang dalam kerangka kerja pasca-2012. Pada saat ini, terlalu dini untuk menyetujui detail kerangka kerja sebelum konferensi berlangsung.

Bagaimana Anda melihat prospek perdagangan karbon sebagai salah satu solusi perubahan iklim?

Kami yakin, perdagangan karbon (carbon market) adalah kunci utama untuk investasi ramah lingkungan dan transfer teknologi. Pada saat bersamaan, ini merupakan instrumen perlindungan iklim yang paling efisien. Kami pikir, investasi ramah iklim juga merupakan kunci utama untuk mengondisikan sturktur ekonomi nasional ke arah pembangunan berkesinambungan.

Sejauh ini, bagaimana pembicaraan tentang perdagangan karbon di Eropa?

Di Uni Eropa, kami berhasil memperkenalkan skema emission trading, yang akan menanggulangi sekitar 50% dari seluruh emisi CO2 di Uni Eropa. Di Jerman, emisi CO2 pada sektor yang ditanggulangi melalui trading akan turun sekitar 35 juta ton pada 2008. Ini setara dengan lebih dari 7% pengurangan emisi dibandingkan dengan tingkat emisi pada saat ini. Target pengurangan emisi yang ambisius telah dirancang untuk periode perdagangan kedua.

Secara umum, emission trading, joint implementation, dan clean development mechanism (CDM) telah sukses dan merupakan instrumen yang hemat biaya. Karena itu, kami ingin memperluas carbon market secara global. Kami ingin memperkuat, meningkatkan, dan mengamankan instrumen-instrumen ini pada basis jangka panjang.

Untuk mewujudkannya, kami membutuhkan sebuah rezim perlindungan iklim internasional berkaitan dengan pengurangan emisi sebesar-besarnya untuk periode pasca-2012. Kesepakatan pengurangan emisi oleh negara-negara industri merupakan tulang punggung carbon market global.

Bagaimana prospek perdagangan karbon ini bagi negara berkembang?

Respons bagi perubahan iklim akan menuntut upaya-upaya lebih besar di seluruh dunia. Hal ini membutuhkan kontribusi dari negara-negara industri baru dan negara-negara berkembang, berdasarkan prinsip kebersamaan tapi dengan kemampuan dan respektif yang berbeda. Bagi negara-negara yang memiliki kesulitan ekonomi, berbagai pendekatan yang menjanjikan pada perkembangan carbon market lebih jauh pada saat ini sedang dalam pembicaraan.

Kami tahu, penambahan sumber keuangan dan insentif akan dibutuhkan untuk mendukung implementasi mitigasi dan adaptasi di negara-negara berkembang. Pasar karbon dapat juga memainkan peran penting dalam meningkatkan pendapatan dan transfer sumber daya alam Utara-Selatan serta memfasilitasi kebutuhan investasi dalam teknologi perlindungan iklim.

Salah satu hal yang didiskusikan pada konferensi Bali adalah pembentukan sebuah organisasi donor untuk proyek-proyek perlindungan perubahan iklim. Bagaimana pandangan Anda?

Di Bali, kami akan berdiskusi tentang donor untuk pembiayaan proyek-proyek adaptasi kongkret dan program-program di negara-negara berkembang. Uni Eropa yakin, kami harus mendonorkan dana di Bali untuk membantu negara-negara berkembang melaksanakan proyek adaptasi iklim mereka. Terutama melihat fakta bahwa negara-negara miskinlah yang paling menderita akibat perubahan iklim. Dana ini akan disalurkan lewat kerja sama untuk proyek-proyek yang sah.

Di luar aksi jangka pendek spesifik itu, jelas negara berkambang harus mengukur dukungan keuangan mereka untuk mengatasi perubahan iklim secara umum. Ini berhubungan dengan semua elemen perlindungan iklim, yaitu mitigasi, kerja sama teknologi, adaptasi, dan negosiasi iklim itu sendiri. Uni Eropa ingin menanggung bagiannya dan berupaya lebih banyak memobilisasi pendanaan yang dibutuhkan bagi proses iklim, terutama yang berkaitan dengan kerangka kerja pasca-2012.

Sebagai kontribusi pertama, pada 2008 Jerman akan mendukung proyek perlindungan iklim senilai 120 juta euro. Dana-dana ini akan ditargetkan pada proyek-proyek mitigasi dan adaptasi di negara-negara berkembang. Kontribusi Jerman ini akan dibiayai dari keuntungan perdagangan karbon. Dengan demikian, teknologi ramah iklim seperti energi yang terbarukan akan lebih mudah diperoleh. Lebih jauh, kami akan mengontribusikan US$ 50 juta pada World Bank Forest Carbon Partnership Facility.

Ada anggapan, melestarikan lingkungan malah mematikan lapangan kerja. Komentar Anda?

Jerman telah mengalami dampak positif lapangan kerja dari kebijakan lingkungan, termasuk kebijakan dan program iklim. Pada saat ini, tercatat 1,5 juta pekerjaan tercipta pada sektor perlindungan lingkungan. Sektor industri dan logistik yang berhubungan dengan energi yang terbarukan --sebagai kunci utama program iklim Jerman-- bagaikan sebuah mesin pencipta tenaga kerja. Sekitar 250.000 orang di Jerman bekerja di sekor ini. Sebanyak 132.000 orang di antaranya bekerja di bidang listrik yang terbarukan.

Pemasukan total dari energi terbarukan itu mencapai 22,5 milyar euro per tahun. Berbagai penelitain membuktikan, di Jerman tidak ada kecenderungan industri yang pindah ke luar negeri dengan alasan kebijakan iklim.



Post Date : 12 Desember 2007