Sampah Citepus Luber Dua Kampung Terisolasi

Sumber:Pikiran Rakyat - 15 April 2005
Kategori:Sampah Luar Jakarta
BANDUNG, (PR).-Pascabencana banjir Maret dan awal April lalu, sampah di aliran Sungai Citepus belum juga dibersihkan. Akibatnya, sungai itu tertutup sampah hampir setinggi 4,5 meter. Kondisi itu meresahkan warga Kampung Sekeandur, dan Bojong Citepus Desa Cangkuang Wetan, Kec. Dayeuhkolot, Kab. Bandung. Warga khawatir, sampah yang terus menumpuk dan mengisolasi kampung itu, akan kembali mengakibatkan banjir serta mendatangkan penyakit.

"Kami resah dan was-was banjir datang lagi, karena aliran Sungai Citepus tertutup sampah. Akibat tumpukan sampah, permukaan sungai nyaris tidak terlihat. Seluruhnya tertutup sampah," kata Jajang (32), warga di Kampung Sekeandur RW 08, Desa Cangkuang Wetan, Kamis (14/4).

Disebutkan, sejak banjir awal April lalu, tumpukan sampah yang menutupi aliran Sungai Citepus semakin banyak. Bahkan, saking banyaknya, sampah itu tertampung di badan sungai. Akibatnya, sampah itu meluber dan menutupi ruas jalan yang menuju ke perumahan warga di Kampung Sekeandur.

Warga sebenarnya tidak tinggal diam. Bersama beberapa pabrik yang ada di ruas Jln. Cisirung atau Palasari, warga kerap membersihkannya. Sampah itu diangkat dari Sungai Citepus dan dibakar. Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil. Sampah pun kian menggunung.

Masuk sungai

Menurut Jajang, pascabanjir pertama pada awal hingga pertengahan Maret, upaya pengangkatan sampah besar-besaran dari Sungai Citepus pernah dilakukan. "Kebetulan, waktu itu, gubernur bersama jajarannya, bupati serta camat meninjau ke sini dan menginstruksikan agar sampah pasca banjir segera dibersihkan. Namun, karena tidak dibuang, akhirnya sampah kembali masuk sungai," ujarnya.

Keresahan juga dirasakan warga Kampung Bojong Citepus. Warga di RW 09, yang pada musim hujan tahun ini daerahnya sempat terisolir, karena paling parah terendam banjir, sangat mengkhawtirkan banjir besar datang lagi.

"Kami khawatir banjir kembali menyerang. Kami juga kesal, karena sampah di Sungai Citepus terus dibiarkan dan tidak diangkut," tandas H. Darmawan (43), seraya menambahkan, "Padahal, waktu kami berdialog langsung dengan gubernur, bupati dan para camat telah diperintahkan untuk menangani permasalahan pascabencana yang di Antarannya masalah penyakit dan sampah. Namun, kenyataannya, sampah tetap ngabugbrug!"

Sementara itu, berdasarkan keterangan dari kantor Kecamatan Dayeuhkolot, untuk penanganan sampah pascabencana telah dilakukan melalui koordinasi dengan tingkat desa hingga RT maupun RW. "Penangannannya tidak saja melibatkan warga sekitar tetapi juga melibatkan pihak swasta," kata salah seorang staf kecamatan yang minta identitasnya tidak dipublikasikan.

Tentang sampah di Sungai Citepus yang menutupi aliran Sungai Citepus, staf kecamatan itu juga menyatakan sudah ditangani. "Selain diangkut secara rutin, sampah itu juga dibakar, tetapi kondisi sarana yang dipergunakan tidak memadai, akibatnya penanganan sampah tersebut tidak pernah tuntas," ujarnya.

Pihak kecamatan bahkan pernah menyampaikannya ke Dinas Kebersihan Kab. Bandung, namun tidak juga membuahkan hasil. Sampah tetap saja menggunung. "Mungkin karena tidak ada tempat untuk membuangnya, sampah di Citepus tidak kunjung diangkut," katannya. (A-87)



Post Date : 15 April 2005