Sampah Menggunung di Sungai Ciliwung

Sumber:Media Indonesia - 29 Maret 2010
Kategori:Sampah Jakarta

“PERLU penanganan segera,“ komentar Ketua Umum Depok Civil Society Wenny Haryanto ketika menyusuri Sungai Ciliwung, kemarin. Penyusuran dimulai dari Kampung Utan, Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, hingga ujung Kampus Guna Darma, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, yang letaknya berbatasan dengan Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Sungai Ciliwung mengaliri kawasan Depok sepanjang 10 kilometer mulai dari ujung Kampung Pondok Rajek, Kelurahan Kali Mulia, Kecamatan Cilodong, hingga ujung Kampus Universitas Gunadarma, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis.
Ada delapan kelurahan yang dilewati aliran Sungai Ciliwung, yaitu Kelurahan Kali Mulia, Tirta Jaya, Mekar Jaya, Kemiri Muka, Pondok Cina, Depok, Pondok Jaya, dan Kelurahan Tugu.

Kegiatan peduli lingkungan itu digelar terkait dengan peringatan Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret 2010. Masyarakat pecinta lingkungan Kota Depok, meliputi puluhan duta air dan karang taruna se-Kota Depok, menyusuri sungai menggunakan sembilan perahu. Ikut dalam rombongan, mantan Wali Kota Depok Badrul Kamal.

Badrul sempat tertegun menyaksikan gunungan sampah di pinggiran sungai. Kondisi itu akan menghambat lalu lintas air. Ia juga geleng-geleng kepala karena daerah aliran sungai berlongsoran, tapi belum ada upaya pemerintah setempat untuk memperbaikinya.

Ketika menjabat Wali Kota Depok, Badrul mengaku sudah menyiapkan rencana memperbaiki daerah aliran sungai mulai hulu Kampung Utan, Citayam, Pancoran Mas, hingga hilir Kelurahan Tugu, Cimanggis. Di kawasan itu ditanam pohon-pohon pelindung agar tanah permukaan tidak mudah longsor.

“Bila kelak saya dipercaya kembali memimpin Kota Depok, saya prioritaskan membangun sungai itu agar warga di hilir Depok termasuk Jakarta tidak kebanjiran bila musim hujan tiba,“ ujarnya.
Penyakit kulit Pencemaran Sungai Ciliwung sudah sering dikeluhkan warga bantaran yang di kawasan Depok berjumlah 45.299 jiwa. Sejumlah orang yang tinggal di bantaran sungai bahkan bolakbalik terkena penyakit kulit karena menggunakan air sungai untuk mandi.

“Ketika bangun pagi, kulit terasa panas dan berwarna merah seperti kena knalpot sepeda motor,“ keluh Atem, 30, selepas mandi menggunakan air Sungai Ciliwung. Atem memakai air Sungai Ciliwung untuk mandi karena pompa di rumah kontrakannya rusak.

Cipto, 45, warga Kelurahan Sukma Jaya, juga merasakan gatal di lehernya. “Saya sudah ke puskesmas hanya diberi salep untuk mengobatinya,“ kata Cipto. Gatal-gatal itu muncul setelah mandi air Sungai Ciliwung dekat rumahnya.

Sebelumnya, empat bulan lalu, hasil penelitian menunjukkan nilai nitrit nitrogen air Sungai Ciliwung mencapai 0,08 dan biochemical oxygen demand 19 dengan ambang batas maksimal 6. Pencemaran sudah mengkhawatirkan, tapi dianggap belum membahayakan.

Ada kecurigaan pabrik dan rumah sakit juga membuang limbah mereka ke sungai. Wenny Haryanto mengingatkan, sungai merupakan wajah utama sebuah kota. “Perlu dilakukan evaluasi menyeluruh,“ harapnya. Kisar Rajagukguk



Post Date : 29 Maret 2010