Sanitasi Air Jakarta Terburuk di Dunia

Sumber:Koran Sindo - 31 Maret 2011
Kategori:Sanitasi

JAKARTA– Sanitasi air di wilayah Jakarta terburuk di dunia. Berdasarkan penilaian Dewan Sumber Daya Air (SDA) sanitasi air di Jakarta yang dikelola dengan baik hanya mencapai 2,7%.

Anggota Dewan SDA DKI Jakarta Firdaus Ali mengatakan, angka 2,7% ini merupakan yang terburuk di antara negaranegara dengan penduduk 5 juta jiwa di dunia.”Enggak masalah kita buka.Sebab,itu kenyataannya. Itu kami lakukan agar Jakarta lebih baik lagi,” tutur Firdaus kemarin. Cakupan layanan air limbah di DKI hanya sekitar 2,7%. Selebihnya, 97,3% belum memiliki sistem pengelolaan air dengan baik.

Ada beberapa faktor yang membuat hal itu terjadi, yakni tercemarnya 13 aliran sungai di Jakarta serta sebagian besar masyarakat Ibu Kota yang masih membuang limbah ke permukaan tanah. ”Sekitar 2,7% untuk kota dengan penduduk di atas 5 juta, Jakarta termasuk yang buruk dan sekarang belum ada langkah-langkah konkret,” ungkapnya. Namun, pada 2030, pengelolaan air di DKI ini menjadi lebih baik.

Sedikitnya 80% masalah air di DKI ini sudah dapat diselesaikan. Karena itu, dia meminta agar peraturan mengenai masalah air ini segera dibuat. Dewan SDA sudah mempunyai program untuk meningkatkan pengelolaan air di Jakarta. Program yang sedang diupayakan salah satunya adalah rancangan kebijakan dan strategi pengelolaan SDA DKI Jakarta atau yang diistilahkan dengan sistem penyediaan air minum (SPAM).Rancangan itu terdiri atas tujuh bab.

”Pada 2015,ditargetkan genangan air dengan curah hujan di atas 70 mm per jam bisa hilang. Kami akan menerjemahkan caranya,sedangkan pelaksana teknisnya Dinas Pekerjaan Umum (PU),” papar Firdaus. Dia mengungkapkan, pada 2025 warga Jakarta ditargetkan sudah bisa dilayani air minum dari pipanisasi hingga 100%.Artinya,warga DKI Jakarta tidak lagi menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

”Sementara pada 2030, sekitar 80% warga juga bisa terlayani sistem sanitasi terpadu. Mudah-mudahan target itu tercapai,”ungkapnya. Rencana itu akan dimulai ketika Raperda tentang Pengelolaan Air.Firdaus berharap pengesahan Raperda itu bisa dilakukan tahun ini. Sebab, masalahairtidakbisaditunda- tunda lagi. Jika sudah ada payung hukum, mereka tinggal menjalankan program yang sudah ada. ”Masalah air ini kan sudah diatur dalam Undang-Undang.

Jadi, air bukan hanya masalah satu wilayah, tapi semuanya terkait,”tuturnya. Rancangan ini diperkirakan bisa dipakai hingga 20 tahun ke depan dan sudah disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Rancangan ini pun dianggapnya sudah melibatkan semua stakeholder yang ada. Dengan demikian,tidak ada lagi pihak yang mengatakan tertinggal dan tidak diikutsertakan. Ini termasuk juga di dalamnya perwakilan dari masyarakat.

”Dengan adanya Dewan SDA yang terdiri atas elemen pemerintah dan non-pemerintah, akan ada komunikasi dan kebijakan yang sama untuk menyelesaikan masalah ini.Terlebih lagi, permasalahan air sebagai prioritas utama,” tandasnya. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menyatakan, Dewan SDA yang terbentuk pada Oktober 2010 sudah bekerja keras. Sebab, DKI sudah mempunyai rancangan soal air di masa depan. Melalui rancangan yang diajukan, dia menilai hasilnya cukup memuaskan.

”Rancangan kebijakan dan strategi pengelolaan SDA DKI Jakarta yang dibuatnya ini strategis dan sangat komprehensif. Saya minta detailnya lagi,”tutur Fauzi Perencanaan mengenai masalah air untuk warga DKI Jakarta ini sudah sesuai hingga 2030.Namun, untuk legalitasnya, dia akan sesegera mungkin membuat peraturannya. ”Saya lihat rencananya bagus untuk Jakarta. Nanti mungkin akan segera dibuatkan Pergub,” tutur Fauzi. Selama ini penggunaan air tanah di Jakarta cukup tinggi, karena pasokan air bersih tidak memadai. Akibatnya, terjadi penurunan permukaan tanah khususnya di wilayah Jakarta Utara. tedy achmad



Post Date : 31 Maret 2011