Sanitasi Buruk, Negara Rugi Rp 5,6 T

Sumber:beritajatim.com - 23 Maret 2010
Kategori:Sanitasi

Surabaya (beritajatim.com) - Imbas sanitasi buruk menyebabkan negara mengalami kerugian sebesar Rp 5,6 triliun per tahun. Angka diprediksi akan terus meningkat karena saat ini ada 330 kota/kabupaten yang sanitasinya masih buruk. 

Kasubdit Persampahan dan Drainase Bappenas, Oswar Mungkasa mengatakan, masih buruknya penanganan sanitasi dikarenakan ada beberapa Walikota/Bupati yang belum memasukkan sanitasi sebagai program prioritas. "Kerugian sebesar Rp 5,6 triliun ini setara dengan 225 ribu jiwa yang sanitasinya belum tertangani dengan baik," katanya kepada beritajatim.com di sela-sela acara Decentralized Wasterwater Treatment Solutions in Developing Countries di Sheraton Hotel, Selasa (23/3/2010).
 
Dia menambahkan, dengan masih banyaknya beberapa daerah yang sanitasinya buruk membuat pemerintah melalui Bappenas mengalokasikan anggaran Rp 55 triliun guna menangani persoalan sanitasi. "Dari 330 kabupaten atau kota yang belum tertangani kami menargetkan sanitasinya tuntas hingga 2014," tambahnya.
 
Diakui Oswar Mungkasa, selain menuntaskan persoalan sanitasi pihaknya juga masih memiliki pekerjaan rumah (PR) terkait masih banyaknya masyarakat yang membuat air besar sembarangan. Pasalnya, berdasarkan data Bappenas saat ini terdapat 77 juta jiwa dari total populasi Indonesia yang dikategorikan buang air besar sembarangan. "Target kami kalau bisa hingga 2014 tidak ada lagi masyarakat buang air besar sembarangan," tuturnya.
 
Saat ditanya apakah kota Surabaya termasuk dari 330 kabupaten atau kota yang dikategorikan sanitasinya masih buruk. Dijelaskan Oswar Mungkasa, khusus kota Surabaya yang menjadi kota terbesar kedua setelah Jakarta. Yang menarik, kota Surabaya menjadi percontohan menangani limbah sampah di tingkat nasional. Pasalnya, Surabaya mampu mengurangi timbal limpah sampah sebesar 10 persen. Kondisi ini sangat lain dibanding kota besar lainnya. "Kami berharap kota-kota besar seperti Surabaya dalam penanganan sanitasi tidak dilakukan sporadis tapi dilakukan secara bertahap," ungkapnya.(dny/eda)


Post Date : 23 Maret 2010