Sanitasi Memadai Jadi Elemen Kunci

Sumber:Media Indonesia - 10 Februari 2011
Kategori:Sanitasi

AIR minum dan sarana sanitasi layak merupakan hak da sar manusia. Sebab, keduanya merupakan elemen utama untuk bertahan hidup.

Guna memberikan akses yang merata bagi segenap warga di seluruh belahan du nia, para pemimpin negara telah mencantumkan poin air minum dan sanitasi da lam Millenium Development Goals (MDGs), sebagai pan duan bagi negaranegara untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya.

Bagaimana dengan situasi di Indonesia? Fakta menunjukan, negara kepulauan ini masih harus bekerja ekstra keras un tuk bisa memenuhi akses air minum dan sarana sanitasi bagi masyarakatnya.

Sesuai MDGs, pemerintah menargetkan pada 2015 men datang 60,3% penduduk sudah bisa mengakses air minum yang aman dan 62,37% pen duduk bisa memiliki sarana sanitasi yang layak. Bila di bandingkan dengan negara te tangga, Malaysia, untuk urusan kedua bidang tersebut bangsa kita masih tertinggal beberapa langkah. Pasalnya, kini negara jiran itu telah memenuhi akses air minum berstandar bagi 100% warganya.

Secara nasional, masih ter dapat sekitar 64% wilayah pedesaan yang kesulitan dalam menjangkau akses air bersih dan tidak memiliki sarana sanitasi yang layak. Fenomena seperti ini kadang tidak disadari oleh sebagian besar masyarakat di perkotaan. Sementara banyak penduduk desa harus berjalan kaki puluhan kilometer hanya untuk memenuhi derigennya dengan air, segelintir orang kaya di kota menggunakan air bersih secara berlebihan.

Terbatasnya layanan air mi num yang bersih dan sanitasi yang buruk berdampak pada tingginya kasus penyakitpe nyakit berbasis lingkungan di Tanah Air.

Dalam perbincangan de ngan Media Indonesia, akhir pekan lalu, di Jakarta, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mema parkan, intensitas penularan diare dan cacingan masih cu kup tinggi di negara ini. Begitu juga sejumlah jenis penyakit kuno lain, seperti, polio, fram busia dan tipes.

"Penyebabnya, belum se mua masyarakat memiliki ak ses terhadap air minum yang sehat dan memiliki sarana sanitasi layak," keluhnya.

Wabah yang paling sering berulang di Indonesia yang terkait dengan permasalahan air bersih dan sanitasi adalah diare. Meski terkesan seba gai penyakit sederhana, diare tidak bisa dianggap remeh. Penyakit yang dikenal juga disebut muntah dan berak berak (muntaber) itu menyum bang kematian bayi terbesar di Indonesia, mencapai 31,4% dari total kematian bayi.

Sejatinya, kata Tjandra, ke jadian diare dapat diturunkan melalui beragam cara. Melalui peningkatan akses masyarakat terhadap kebutuhan sarana sanitasi dasar, diprediksi preva lensi diare dapat dipangkas menjadi 32%. Dan dengan pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga, nis caya resiko diare bisa ditekan jadi 39%.

Pemerintah telah menetap kan program Indonesia Stop Buang Air Besar Sembarangan tahun 2014 (RPJMN Kementerian Kesehatan Bidang Pe nyehatan Lingkungan), yang sejalan dengan tujuan MDGs, yaitu menurunkan jumlah pen duduk yang belum memiliki akses air minum dan sarana sanitasi dasar sebesar 50% ta hun 2015.

Tjandra mengatakan dirinya optimistis target ini bakal teraih apabila semua kementerian dan lembaga bahu membahu mendukung program ini dan mengesampingkan ego sek toral. Ditambah lagi, saat ini dunia usaha juga mendukung upayaupaya ini melalui pro gramprogram Corporate social responsibility mereka. Misalnya, pihak DanoneAqua yang kon sistem membantu penyediaan air bersih dan fasilitas sanitasi memadai bagi masyarakat.

"Akses untuk mendapatkan air bersih dan fasilitas sanitasi adalah kebutuhan dasar un tuk semua orang dan menjadi suatu tantangan utama untuk Indonesia," sebut Corporate Communications Danone Aqua, Michael Leimena.

Untuk itu, Aqua telah berkomitmen untuk secara proaktif berkontribusi dalam bidang ini melalui berbagai program strategis. "Hal ini demi kesehatan beriburibu penduduk Indonesia," im buhnya. Berbasis masyarakat Michael menuturkan, ke seluruhan program penye diaan air bersih dan sanitasi dilakukan dengan berbasis pada masyarakat. Yang berarti bahwa para penduduk desa berkontribusi dengan menge rahkan tenaga dan menyedia kan lahan untuk proyek yang dijalankan. Selain itu, dibentuk juga Komite Air yang dilatih untuk merancang fasilitas, memantau pekerjaan, dan me mastikan pengelolaannya yang perlu secara jangka panjang.

Tiga kelompok masyarakat yang menjadi tujuan program ini adalah, desadesa di sekitar pabrik Aqua, desa terpencil di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui kegiatan "1 L for 10 L," dan komunitas pemu lung di wilayah perkotaan.

Di sekitar pabrik Aqua, 6 jenis proyek telah selesai. Selain itu terdapat 10 proyek lain yang sedang dikerjakan di 9 lokasi di Jawa, Sumatera, dan pulau pulau terpencil di Indonesia Timur.

Michael mengharapkan, sebelum akhir tahun 2011, se banyak 25 proyek akan disele saikan dengan target lebih dari 70.000 penerima manfaat. Di NTT, proyek ini dilaksanakan dalam kerangka Cause related marketing 1 L untuk 10 L" yang bertujuan mempromosikan akses air bersih dan penyehat an lingkungan sebagai suatu persoalan utama yang perlu diperhatikan semua pihak.

Tujuan utama program ini adalah meningkatkan kese hatan keluarga Indonesia yang dilaksanakan oleh LSM inter nasional berpengalaman, ACF (Action Comtre LaFaim), dan bekerja sama dengan para pemangku kepentingan kunci di NTT. Setelah program tahap pertama berhasil diselesaikan pada bulan September 2009, sekitar 19.000 penduduk di empat kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan menda patkan akses air bersih yang lebih baik dan kehidupan yang lebih sehat.

Sasaran tahap kedua pro gram ini yang berlangsung tahun 2009 ­ 2011 adalah desadesa lain di NTT. Secara kese luruhan, lebih dari 35.000 orang akan mendapatkan manfaat dari program 1 L untuk 10 L dalam waktu empat tahun, dengan banyak sumber daya yang diinvestasikan untuk membangun kapasitas para pemangku kepentingan pada masyarakat setempat.

Terakhir, Aqua bekerjasama dengan Yayasan Bina Mandiri di wilayah kumuh di Kalimalang, Bekasi tempat komunitas para pemulung yang menggunakan setengah dari pendapatan me reka untuk membeli air bersih. Di sini, teknologi sederhana digunakan untuk mengelola air kotor menjadi air bersih. Aqua bertekad, programprogram bermanfaat itu akan terus di tingkatkan. (Tlc/S-25)



Post Date : 10 Februari 2011