Sebagian Jakarta Tenggelam

Sumber:Pikiran Rakyat - 03 Februari 2007
Kategori:Banjir di Jakarta
JAKARTA,(PR).-Aktivitas bisnis, perkantoran, dan transportasi di Jakarta dan sekitarnya, pada hari Jumat (2/2), mengalami kelumpuhan akibat banjir yang melanda hampir di berbagai kawasan Jakarta. Banjir tersebut, terjadi karena hujan yang turun di wilayah Jakarta.

Banjir melanda hampir sebagian besar wilayah Jakarta, sehingga semua wilayah dinyatakan Siaga III, kecuali Jakarta Barat dinyatakan Siaga I, kata Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.

Dari berbagai sumber yang dihimpun "PR", banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya itu, telah menewaskan sedikitnya empat orang karena sengatan listrik. Tiga korban meninggal di Duren Sawit Jakarta Selatan, dan satu orang lainnya di Pondok Aren, Tangerang.

Sementara itu, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) memperkirakan, akibat banjir yang melumpuhkan Kota Jakarta tersebut, kerugian mencapai Rp 92,5 miliar/hari. Perkiraan kerugian tersebut akibat terganggunya kepentingan publik dan sektor bisnis.

Banjir yang terjadi pada Jumat kemarin, jauh lebih parah dibanding sehari sebelumnya, yang hanya terjadi di kawasan-kawasan strategis tertentu dan ruas jalan protokol di Ibu Kota yang terkena, seperti Jln. HM. Thamrin, Jln. Medan Merdeka Selatan dan Jln. Medan Merdeka Utara. Di kawasan strategis ini sempat terjadi kemacetan total selama beberapa jam. Namun roda transportasi pada siang hari masih jalan normal.

Pada hari Kamis, karyawan swasta dan pegawai negeri masih dapat menempuh perjalanan ke kantor. Namun, pada Jumat kemarin, hujan deras di daerah-daerah penyangga menyebabkan arus transportasi dari Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok yang menuju ke Jakarta terhalang oleh genangan air di beberapa tempat. Kondisi ini menyebabkan perkantoran di kawasan sentra bisnis dan perkantoran pemerintahan sepi, kendati pun di sebagian kawasan itu tidak diguyur hujan lebat.

Dari pantauan di lapangan, hanya sebagian gedung-gedung perkantoran di kawasan sentra bisnis Jakarta Pusat -- yaitu Jln. Gatot Subroto, Jln. Jenderal Sudirman, Jln. MH. Thamrin, Jln. Gajah Mada, Jln. Senen Raya Pasar Senen Jakarta Pusat -- yang menunjukkan aktivitas, kendati pun tidak menonjol. Perkantoran di kawasan Jln. Jenderal Sudirman bahkan tergenang air.

Untuk beberapa wilayah di Jakarta Pusat, di daerah Pasar Bendungan Hilir, misalnya, ketingggian air mencapai 1 m.

Begitu juga di Jakarta Selatan, seperti di Jln. Mampang Prapatan dan Jln. Buncit Raya, dimana sebagian gedung perkantoran juga tergenang air. Situasi yang hampir sama terjadi di kawasan Jakarta Timur, seperti Jln. Raya Jatinegara, Jakarta Barat.

Kelesuan aktivitas akibat banjir juga terjadi di kawasan Pasar Senen. Aktivitas transportasi dan perdagangan sepi.

Kondisi yang sama juga terlihat di kawasan bisnis di Jln Gajah Mada. Dari sekilas pantauan, aktivitas transportasi di daerah ini relatif sepi. Tidak tampak kemacetan yang biasanya terjadi sekira pukul 12.00-13.00 WIB. Padahal kawasan ini biasanya macet total pada jam makan siang. Sepinya aktivitas transportasi di kawasan Gajah Mada berakibat kawasan bisnis terbesar di Glodok Jakarta Barat -- yang sejalur dengan Jln. Gajah Mada -- pun lengang.

Hal serupa tampak pula di kawasan bisnis Tanah Abang. Sekitar kawasan ini tergenang air. Meskipun keramaian tetap seperti di hari-hari sebelumnya, namun aktivitas bisnis di Pasar Tanah Abang terlihat sepi. Kemacetan memang terjadi di jalan-jalan di sekitar Pasar Tanang Abang, namun hal ini karena arus kendaraan tidak beraturan sebagai dampak tidak beroperasinya lampu lalu lintas, seperti yang terlihat di flyover Jatibaru, Tanah Abang.

Kemacetan juga terjadi mulai dari pintu tol Bandara Soekarno Hatta hingga pintu tol luar Jakarta. Kemacetan total pun terjadi di pintu tol menuju ke Jakarta dari arah timur. Antrian kendaraan sepanjang kurang lebih 13 km tersebut masih disebabkan banjir yang melanda Ibu Kota.

Titik kemacetan yang cukup tinggi, baik ke arah kota maupun dari Kota Jakarta berada di Pintu Tol Cawang. Pasalnya, di daerah cawang sendiri tinggi banjir mencapai sekira 1 hingga 1,5 m.

Namun, banjir belum mengganggu distribusi barang karena angkutan menggunakan truk dan masih dapat melalui jalan-jalan yang tergenang air. "Kami belum menerima laporan ada gangguan distribusi, namun saya sudah kirimkan staf ke Departemen Perhubungan untuk membahas antisipasi jika banjir berkelanjutan," kata Direktur Bina Pasar dan Distribusi, Ditjen Perdagangan Dalam Negeri, Depdag, Gunaryo.

Sementara itu, kantor-kantor pemerintah pun nampak lengang karena banyak karyawan yang tidak bisa menggunakan akses jalan dan transportasi menuju ke kantor mereka. Sebagian karyawan pun beralasan bahwa tempat tinggal mereka tergenang air. Wiwik, karyawan Departemen Kesehatan yang berlokasi di Jln. H.R. Rasuna Said, Jakarta Selatan, mengaku harus absen bekerja karena sepanjang ruas jalan di kawasan tempat tinggalnya, Perumahan Taman Asri, Tangerang, tergenang air.

Kerugian

Walhi memperkirakan kerugian mencapai Rp 92.541.689.017/hari akibat banjir di Ibu Kota dan sekitaranya. Variabel perkiraan kerugian ini baru ditaksir dari segi kepentingan publik, belum lagi dari aspek bisnis.

Khalisah Khalid, Kepala Divisi Kampanye Walhi DKI Jakarta, saat dihubungi "PR" semalam menyatakan, segi kepentingan publik sebagaimana dimaksud berupa hilangnya akses bekerja, gangguan kesehatan, kerusakan fisik bangunan, dan perbaikan rumah serta bangunan.

Dari perhitungan sementara, jumlah masyarakat yang harus mengungsi akibat banjir di Jakarta mencapai 370.167 kepala keluarga. Angka ini terdiri dari 514 RW, dengan asumsi satu keluarga terdiri dari tiga orang. Yang terbanyak menjadi pengungsi versi Walhi adalah masyarakat Jakarta Selatan, yakni mencapai 46.700 orang.

Menurut Khalisah, Pemda DKI memiliki anggaran bencana banjir sedikitnya Rp 500 Miliar. "Menurut pihak Pemda DKI, sebagian anggaran ini sudah disalurkan, namun fakta di lapangan mengatakan bahwa banyak masyarakat korban banjir belum memperoleh bantuan langsung darurat, seperti makanan. Sedangkan kelengkapan fasilitas posko banjir, seperti perahu karet, masih minim. Kami mempertanyakan kejelasan penyaluran dana dari pemda," ujarnya.

Sekretaris Satkorlak DKI Jakarta Haryanto Badjuri menyatakan, tim relawan dari kantornya telah diterjunkan untuk mengevakuasi penduduk di kawasan DKI Jakarta. Sebanyak 1100 lebih personel Satpol PP DKI Jakarta diterjunkan, ditambah 14,000 personel bantuan dari Polri dan TNI. Sedang perahu karet yang disediakan Satkorlak hanya berjumlah 120 buah.

Lahan resapan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar mengatakan, penyebab utama banjir di Jakarta adalah berkurangnya lahan resapan air akibat pendirian bangunan secara besar-besaran.

"Terlalu banyak mal," katanya setelah menghadiri pameran "Clean Energy (R)evolution" yang digelar Greenpeace di Jakarta, Jumat (2/2).

Menurut dia, banyak pengembang yang tidak secara serius memperhatikan dampak ekologis akibat pendirian bangunan secara sembarangan. Lebih lanjut Rachmat menegaskan, pembangunan itu sebagian besar dilakukan di daerah-daerah resapan air, sehingga menambah volume air yang tidak terserap. Hal itu, katanya, sangat memungkinkan untuk menjadi banjir.

Sementara itu, di tempat terpisah Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menyatakan, Pemprov DKI menyiapkan perahu karet sebanyak 100 unit dari Dinas Tramtib serta 184 unit dari Satkorlak PBP. Dapur umum kita siapkan 242 unit, tenda peleton 158 unit, kendaraan 713 unit, helikopter empat unit, dan 264 unit pompa yang dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum di 52 lokasi," tuturnya.

SBY tinjau banjir

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta Ibu Ani Yudhoyono, Jumat sore meninjau lokasi banjir di RT02/RW03 Kelurahan Kampung Melayu, serta mengunjungi para pengungsi yang ditampung di SD Santa Maria Fatima, Jakarta Timur.

Presiden yang datang langsung dari kediaman pribadinya di Cikeas, didampingi oleh Menko Kesra Aburizal Bakrie, Sekertaris Kabinet Sudi Silalahi, dan Juru Bicara Kepresidenan Andi Malarangeng.

Presiden dan rombongan turun ke genangan air di wilayah itu, yang kedalamannya setinggi sekira 50 cm.

Dalam kesempatan itu, presiden meminta agar penanganan masalah banjir di Jakarta dilakukan secara struktural dengan bekerja sama dengan daerah-daerah di sekitar Jakarta, seperti Bogor, Tangerang, dan Bekasi. (A-84/A-75/A-154)



Post Date : 03 Februari 2007