Sebagian Lahan Desa Mekar Sari Masih Terendam Air

Sumber:Kompas - 01 Februari 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Jambi, Kompas - Banjir akibat meluapnya Sungai Batanghari di Provinsi Jambi yang melanda Kota Jambi, Kabupaten Batanghari, dan Muaro Jambi sejak awal Desember 2004 lalu sudah surut sekitar tiga meter. Akan tetapi, lahan permukiman lebih dari 100 rumah warga Desa Mekar Sari, Kecamatan Kumpeh Ilir, Kabupaten Muaro Jambi, hingga Senin (31/1) tetap terendam air setinggi satu meter meskipun hujan hampir dua pekan tidak turun. Mekar Sari terletak sekitar 45 kilometer sebelah timur Kota Jambi.

Gendot, warga Desa Mekar Sari, memperkirakan, banjir sejak awal Desember 2004 di desanya betul-betul surut pertengahan Maret 2005. Pada April 2005, masyarakat sudah bisa menggarap lahan untuk ditanami palawija, sayuran, dan jagung.

"Biasanya lahan yang berada di sebelah timur jalan poros atau saluran primer ditanami jagung dan padi, sedangkan lahan di sebelah barat ditanami sayuran, cabai, palawija, dan ubi jalar," ujarnya. Mekar Sari adalah produsen jagung terkemuka di Provinsi Jambi.

Mekar Sari, ungkap Gendot, setiap tahun rutin dilanda banjir antara November hingga Februari. Biasanya saat banjir rutin, lantai rumah warga yang berupa rumah panggung tidak terendam, kecuali pada tahun 1991 dan saat banjir besar yang melanda pada November 2003 hingga Maret 2004. "Saat banjir, sebagian warga tidak bekerja. Sebagian warga bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit milik PT Muaro Kahuripan Indonesia (Makin)," ucap istrinya, Ny Gendot.

Menurut Ny Gendot, warga mekar Sari berharap air tidak cepat surut karena banjir juga membawa berkah. "Rezeki sebagian penduduk di sini terkait erat dengan banjir. Saat banjir, ikan banyak. Hasil tangkapan ikan bisa dijadikan modal. Saat ini warga masih menutup pintu pembuangan air di saluran primer. Tujuannya agar air tidak cepat surut sehingga berbagai jenis ikan rawa, seperti ikan gabus, lele, sepat, betok, dan serapil, memperoleh cukup waktu untuk membesar.

"Masyarakat di sini mahir mengolah ikan rawa menjadi ikan asin. Harganya cukup mahal, rata-rata Rp 6.000 per kilogram. Kalau lagi musim, satu keluarga bisa dapat satu karung beras atau sekitar 20 kilogram per hari," katanya. (nat)

Post Date : 01 Februari 2005